Memasuki bulan Februari. Tak terasa waktu telah cepat berganti. Saya? Masih tetap sama. Tetap seorang diri.Keceriaan yang saya cari belum juga saya temui. Malah, hari-hari saya selalu diteror dengan mimpi-mimpi tentang Rensya.
Dulu saya sangat berharap dapat selalu bertemu dengan Rensya. Baik di dunia nyata, online, bahkan dimimpi sekalipun. Saya sampaikan pada dia. Lalu seperti biasa, ia tersenyum.
Namun kini, semua mimpi tentang Rensya. Selalu membawa ketakutan bagi saya. Beberapa kali saya bertemu dengannya di dalam mimpi. Saya hanya diam, tak banyak bicara. Seolah dimimpi itu, saya merasa apa yang sedang terjadi di dunia nyata.
Rensya, sampai kapan kita seperti ini? Sepertinya saya belum mengikhlaskan perpisahan ini. Kini saya selalu tersiksa oleh mimpi-mimpi tentang mu Rensya.
Saya buka ponsel. Menatap kembali manisnya senyummu indahnya bola matamu.
Rensya ini bulan Februari. Kau masih ingat dikala itu? Kau tau, saya bak anak kecil ketika bersamamu. Saya selalu mencari ide-ide keceriaan baru, agar kau selalu tersenyum padaku. Atau surprise kecil, yang barang kali kau tak sangkakan.
14 Februari 2020
Kali ini jatuh di hari Jum'at. Entah mengapa dengan hari ini bagiku. Seingat saya, kita slalu memulai konflik-konflik di hari Jum'at. Bahkan ketika perpisahan itu, kita akhiri pada hari Jum'at.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa hari ini tidak baik Rensya. Saya hanya perbanyak doa dikala hari itu. Agar kiranya kita dapat dipertemukan kembali pada Jum'at nanti.
14 Februari yang lalu. Saya sengaja persiapkan surprise untukmu Rensya. Tak tenang semalam saya tidur. Memikirkan kekonyolan apa yang harus saya lakukan. Bukan ikut-ikutan kebanyakan orang, tentang perayaan valentine. Bukan.
Hujan