Setelah hujan reda. Kini pelangi menghiasi angkasa. Langit jingga nampak lebih cerah. Menyambut tenggelamnya mentari. Saya nikmati seorang diri. Menuju rumah di kala senja.
Di atas kendaraan. Saya mulai menulis dalam rubrik serial puzzle.
(Lorong Senja)
Dia menunggumu. Menunggu di bawah pintas atap langit, tempat mereka jumpa. Menunggu sampai batas akhir akan mempertemukannya. Sehari telah terlewati. Menuju hari-hari berikutnya yang semakin tergopoh. Sejam saja rasanya tak purna untuk dapat berjumpa.
Dia lewati langit sore yang menjingga. Dengan seorang diri. Berpisah sementara untuk saling menyusuri. Meski sedikit berat untuk berjalan sendiri. Dia memberitahukan tentang langit jingga yang indah itu kepadanya. Setelah perjumpaan mereka.
"Saya tau dimana ini dan kapan. Sebab jalan itu yang sering saya lewati. Dan bentuk awannya, karena saya juga melihatnya waktu pulang," dia mengingatnya.
Saya pancarkan senyum simpul yang tertahan. Mata saya sedikit menyalak dan tak lama tampak berkilau.
"Kenapa kau malah sedih?" tanyanya.
"Saya terharu, karena kau pun masih mengingat itu," jawabku singkat.
Tepat beberapa hari yang lalu. Saat hujan masih sering mengguyur ke permukaan. Beberapa hari ini kondisi langit berangsur normal. Dengan khas terik yang mulai sedikit menyengat. Mereka belum saling bertemu. Untuk sekedar melempar lengkung senyum. Bahkan sekedar saling balas menatap.
"Kita akan bertemu beberapa hari kedepan," jawabnya dengan canda dan mengakhirinya.
Beberapa hari setelah Jo dipercaya oleh Pras dalam perusahaan media. Perlahan rubrik yang diisi oleh Jo mulai diminati oleh pembaca. Banyak pembaca mengapresiasi tulisan Jo.
Pembaca menilai bahwa tulisan yang Jo buat adalah kisah yang sering terjadi. Dan itu sangat dekat dengan pembaca. Belum lama berganti hari, kini Jo mulai booming dibicarakan di Kota Bon. Bahkan sampai dengan sahabat Jo di kotanya. Namun entah dengan Rensya.