Mohon tunggu...
Dedy Pratama
Dedy Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang yang akan terus belajar dari hikmah dan pengalaman kehidupan

Aku hanya bagian dari kisah serial puzzle kehidupan. Terus belajar dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rensya: "Lorong Senja Kala Bersama Mu" (Part VI)

31 Januari 2020   05:34 Diperbarui: 31 Januari 2020   05:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan saya sore ini kembali ke rumah. Permukaan tanah dan aspal masih nampak basah. Hujan selalu membawa dan meninggalkan jejak kerinduan. Saya selalu mengingat dua aroma. Aroma (Petrichor) aroma sewaktu pertama kali hujan turun, dan aroma dirinya. Keduanya sangat melekat di dalam pikiran saya.
Setelah hujan reda. Kini pelangi menghiasi angkasa. Langit jingga nampak lebih cerah. Menyambut tenggelamnya mentari. Saya nikmati seorang diri. Menuju rumah di kala senja.

Di atas kendaraan. Saya mulai menulis dalam rubrik serial puzzle.

(Lorong Senja)

Dia menunggumu. Menunggu di bawah pintas atap langit, tempat mereka jumpa. Menunggu sampai batas akhir akan mempertemukannya. Sehari telah terlewati. Menuju hari-hari berikutnya yang semakin tergopoh. Sejam saja rasanya tak purna untuk dapat berjumpa.

Dia lewati langit sore yang menjingga. Dengan seorang diri. Berpisah sementara untuk saling menyusuri. Meski sedikit berat untuk berjalan sendiri. Dia memberitahukan tentang langit jingga yang indah itu kepadanya. Setelah perjumpaan mereka.

"Saya tau dimana ini dan kapan. Sebab jalan itu yang sering saya lewati. Dan bentuk awannya, karena saya juga melihatnya waktu pulang," dia mengingatnya.

Saya pancarkan senyum simpul yang tertahan. Mata saya sedikit menyalak dan tak lama tampak berkilau.

"Kenapa kau malah sedih?" tanyanya.
"Saya terharu, karena kau pun masih mengingat itu," jawabku singkat.

Tepat beberapa hari yang lalu. Saat hujan masih sering mengguyur ke permukaan. Beberapa hari ini kondisi langit berangsur normal. Dengan khas terik yang mulai sedikit menyengat. Mereka belum saling bertemu. Untuk sekedar melempar lengkung senyum. Bahkan sekedar saling balas menatap.
"Kita akan bertemu beberapa hari kedepan," jawabnya dengan canda dan mengakhirinya.

Beberapa hari setelah Jo dipercaya oleh Pras dalam perusahaan media. Perlahan rubrik yang diisi oleh Jo mulai diminati oleh pembaca. Banyak pembaca mengapresiasi tulisan Jo.

Pembaca menilai bahwa tulisan yang Jo buat adalah kisah yang sering terjadi. Dan itu sangat dekat dengan pembaca. Belum lama berganti hari, kini Jo mulai booming dibicarakan di Kota Bon. Bahkan sampai dengan sahabat Jo di kotanya. Namun entah dengan Rensya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun