Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Sedih Namboru Siahaan, 2 Tahun Lumpuh

23 Desember 2018   13:09 Diperbarui: 23 Desember 2018   22:06 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DUA tahun lumpuh, Nursaidah Boru Siahaan (48) hanya bisa terbaring di ambalnya. Ia bersandar sepenuhnya pada kerja keras suaminya.

Oleh Dedy Hutajulu

SAYA masih ingat, saat-saat menjenguknya pertama sekali di gubuknya di pojokan sebuah gudang botot di Jalan Sunggal No 325 Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal. Melihat kami datang, kebahagiaan begitu kentara di wajahnya.

"Namboru, kami datang tapi tidak bawa apa-apa. Kami ingin mendengar cerita Namboru. Boleh ya," pintaku. Pertemuan perdana itu berlangsung pada 2017 lalu.

"Iya enggak apa-apa. Kalian mau datang saja, Namboru sudah senang. Namboru butuh teman mengobrol," sahutnya, sembari menyamankan posisi tidurnya.

Ia kemudian memanggil putrinya dan meminta dibuatkan kopi, walau kami menolak halus. "Buatkan kopi sama ito-itomu ini," suruhnya kepada bocah perempuan itu.

Kami pun bercakap-cakap. Dari perbincangan itu, saya tahu kalau Namboru ini begitu gigih berjuang hidup dan terus menyemangati delapan anaknya setiap hari. Ia juga menuturkan kerap menangis membayangkan bagaimana nanti masa depan anak-anaknya yang masih kecil. 

"Apakah anak-anaknya akan bisa melanjutkan pendidikannya hingga tamat SMA," katanya pada dirinya sendiri.

Selama dua tahun ini, Nursaidah hanya bisa terbaring di ranjangnya. Suaminyalah menjadi tulang punggung satu-satunya. 

"Andai Namboru sehat, tentu tidak sesusah ini hidup kami. Namboru pengen bisa memulung lagi, agar anak-anak Namboru bisa terus bersekolah," harapnya.

Saya memanggilnya dengan sebutan Namboru, bukan karena ada pertalian darah. Melainkan karena ia semarga dengan ibu kandung saya. Informasi kelumpuhan Namboru ini saya dari sahabat saya bernama Uba Pasaribu, seorang aktivis pemulung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun