Mohon tunggu...
Dedy Rizaldi
Dedy Rizaldi Mohon Tunggu... ahlan para pecinta lembaran hikmah dan dakwah

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cahaya Kenabian di Tengah Gelap Jahiliyah

6 September 2025   12:21 Diperbarui: 6 September 2025   12:21 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (Sumber: dedyacehi/Kredit Foto))

Cahaya Kenabian di Tengah Gelap Jahiliyah

 12 Rabi'ul Awal, tahun 571 M---sebuah tanggal yang tidak pernah dilupakan sejarah. Tahun itu dikenal sebagai 'mul Fl, Tahun Gajah, ketika pasukan Abrahah yang hendak meruntuhkan Ka'bah dihancurkan Allah melalui kawanan burung ababil, sebagaimana terabadikan dalam Surah Al-Fl. Di tengah kegemparan sejarah itu, lahirlah seorang bayi yang kelak akan membawa cahaya ke seluruh penjuru dunia: Muhammad bin 'Abdullah .

Beliau lahir dari rahim Aminah binti Wahb, seorang wanita Quraisy yang mulia, sementara ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, telah wafat sebelum sempat menyaksikan buah hatinya. Sejak detik pertama kehidupan, Muhammad telah merasakan getirnya menjadi yatim, namun kasih sayang Allah menaungi langkah-langkahnya. Ia tumbuh dalam asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, lalu berada di pangkuan seorang wanita desa yang penuh ketulusan, Halimah Sa'diyah, yang mendapat karunia melimpah berupa keberkahan susu dan rezeki tatkala mengasuh bayi suci itu.

Masa kecil beliau adalah kisah keteguhan seorang anak yatim yang dirawat bergantian oleh tangan penuh kasih. Enam tahun kemudian, saat ibunda tercinta berpulang di Abwa', langit seakan menambah ujian bagi sang anak kecil itu. Namun, rahmat Allah tak pernah jauh. Kakeknya menjadi pelindung, hingga ketika Abdul Muthalib wafat, amanah itu diteruskan oleh Abu Thalib, sang paman yang meski hidup dalam kesederhanaan, menjaga Muhammad dengan segenap cinta.

Seiring berlalunya waktu, Muhammad tumbuh menjadi remaja yang berbeda dari lingkungannya. Di tengah hiruk-pikuk Makkah yang dipenuhi pesta, nyanyian, dan gelimang dosa jahiliyah, beliau memilih jalan yang bersih. Sifat fatanah (kecerdasan), shidq (kejujuran), dan kemuliaan akhlak mulai terpancar sejak dini, hingga masyarakat menjulukinya dengan gelar al-Amn, yang terpercaya.

Muhammad bukan sekadar anak yatim piatu yang tumbuh dalam keterbatasan. Beliau adalah cahaya yang dipelihara langsung oleh Allah, dijauhkan dari keburukan sejak remaja, agar kelak sanggup mengemban risalah yang berat. Dari lembah Makkah yang gersang, lahirlah teladan abadi bagi umat manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun