Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Aku Tidak Tahu Menerjemahkan Rasa Iba yang Ada di Dalam Hatiku

2 November 2020   09:39 Diperbarui: 2 November 2020   09:46 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemulung. (Gambar diambil dari kompas.com) 

Suatu sore, saya melihat seorang anak kecil yang mencari dan mengumpulkan barang-barang bekas di tempat pembuangan sampah. Saya tidak tahu mengapa badannya basah kuyup padahal saat itu hujan tidak turun dan tampaknya ia sedikit kedinginan.

Ia tidak peduli dengan kami yang melewatinya. Ia tetap saja asyik dengan pekerjaannya sambil sesekali menyeka mukanya yang masih basah.

Kebetulan ia berada di pinggiran lapangan tempat kami melakukan joging. Setiap kali melewatinya saya memperlambat langkah untuk melihatnya. Saya tidak tahu mengapa saya terdorong untuk memperhatikannya padahal saya tahu dia bisa saja merasa terhina dengan tatapanku itu. Tetapi saya tetap saja selalu melihatnya setiap kali melewatinya.

Saya tidak tahu apa yang perlu saya pikirkan saat melihatnya. Saya memang iba dan tidak tega melihatnya. Dia masih kecil, badannya kurus dan kulitnya hitam, pasti karena sengatan matahari sepanjang hari. Tetapi, apa yang perlu saya lakukan untuk dia?

Dia belum selesai dengan pekerjaannya saat saya memutuskan untuk beristirahat dan kembali ke rumah. Sekali lagi saya melihat ke arahnya sambil berpikir tentang apa yang harus kulakukan untuk dia sebelum saya berlalu darinya. Namun akhirnya saya tidak melakukan apa terhadap dia.

Saya tidak tahu mengapa pemandangan itu ada di hadapanku. Bukan sekali, tetapi berulang kali. Dan setiap kali melihat mereka, rasa iba saya muncul. Namun tetap saja, saya tidak tahu harus melakukan apa untuk mereka.

Saya pernah berpikir untuk memberi uang. Bukan karena saya kaya tetapi saya hanya ingin menerjemahkan rasa iba ku kepada mereka. Namun niat itu saya urungkan karena merasa segan dengan perasaan mereka. Boleh jadi mereka tersinggung,

Akhirnya saya hanya menyimpan rasa iba itu dalam hati ku setiap kali melihat mereka. Saya tidak tahu apakah sikap saya itu baik dan benar atau tidak, namun itu sama halnya saat saya berpikir untuk memberi uang atau tidak.

Namun kehadiran mereka memberi sesuatu kepada hati nurani ku, yaitu tentang simpati dan empati. Memang saya belum mahir untuk menerjemahkannya, namun saat rasa itu muncul hatiku langsung teringat kepada Tuhan. 

Kehadiran mereka sering membuat saya tersadar akan kualitas rasa syukur ku terhadap hidup yang selama ini saya jalani. Atau yang lebih mengena ialah, kehadiran mereka langsung menggugat rasa keluh yang sering muncul dalam hati ku saat menjalani hidup selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun