Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Logika Memaafkan

13 Juli 2020   20:15 Diperbarui: 13 Juli 2020   20:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kesempatan ini saya akan membagikan refleksi saya tentang logika memaafkan. Tujuannya ialah agar kita lebih memilih untuk memaafkan dari pada hanya mencari siapa yang benar dan siapa yang salah saat kita sedang mengalami suatu masalah dengan orang lain.

Sebenarnya mencari siapa yang salah dan siapa yang benar itu bukanlah sesuatu yang buruk asal kita lakukan dari kedua belah pihak, yaitu diri kita sendiri dan orang yang kepadanya kita sedang bermasalah.  Namun acap kali terjadi penilaian siapa yang benar dan siapa yang salah itu lahir dari satu pihak atau bahkan kita saling menuduh sebagai orang yang benar dan saling menuduh telah melakukan kesalahan. Itu wajar terjadi karena kita menggunakan logika pemikiran kita yang pada prinsipnya ialah berusaha untuk membela keadaan kita. Nah untuk itulah logika memaafkan bisa kita terapkan.

Ada tiga logika memaafkan.

Pertama, mengalah untuk menang. Saat perkelahian terjadi atau pun situasi sudah semakin tidak terkendali lagi, maka kita boleh tinggal diam. Kita harus menghentikannya. Caranya ialah dengan meminta maaf terlebih dahulu. Meski sesungguhnya tidak ada alasan yang tepat untuk menuduh kita sebagai yang bersalah.

Namun adakalanya justru itulah suatu perbuatan memaafkan yang paling dalam nilainya dan sebaliknya jika kita tidak melakukannya atau jika kita tidak minta terlebih dahulu maka justru kita yang sedang bersalah. Memang kelihatannya tidak adil. Namun jika kita bertahan pada pemahaman yang demikian maka kita pun tidak akan keluar dari beban psikologi yang kita rasakan akibat peristiwa tersebut. Jangan terjebak di antara yang benar dan yang salah. Ini semua tentang kita dan demi kebaikan diri kita sendiri. Kita harus berani mengalah untuk menang.

Logika memaafkan yang kedua ialah saat ini.

Adakalanya saat kita masih marah kepada orang lain, kita belum siap untuk memberi maaf meskipun orang itu sudah datang untuk minta maaf kepada kita. Kita masih butuh waktu untuk marah kepada dia. Nah sebenarnya kita tidak sadar bahwa pada keadaan yang demikian, justru kitalah yang dirugikan. 

Orang itu sudah merasa damai dalam hatinya tetapi kita belum. Mau sampai kapan? Sebenarnya kita hanya punya waktu hari ini atau saat ini karena kita tidak tahu tentang hari esok. Karena itu jangan terjebak dalam penantian akan waktu yang tepat untuk memaafkan, karena adakalanya bahwa pada saat orang itu datang minta maaf kepada kita sesungguhnya itulah waktu yang tepat tersebut. So, Tunggu apa lagi?

Logika memaafkan yang ketiga ialah demi diri kita sendiri.

Sebenarnya logika yang ketiga ini adalah puncak dari logika yang pertama dan yang kedua, karena tujuan dari memaafkan ialah demi kebaikan diri kita sendiri.

Logika yang ketiga ini bekerja demikian. Saat ada orang yang berbuat salah kepada kita namun dia tidak mau minta maaf atau mengakui kesalahannya maka kita harus mendoakannya agar dia baik-baik saja. Kita harus mengharapkan agar yang terbaik terjadi untuk dia. Memang rasanya tidak adil ya jika kita yang sudah tersakiti harus mendoakan mereka. Bukankah kita harus mendoakan agar dia mendapatkan balasannya dari apa yang telah ia perbuat kepada kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun