Mohon tunggu...
dedut ok
dedut ok Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

simple

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dikala Golput Pemilu 2014 Menjadi Parasit Bangsa

9 April 2014   07:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tepat besok pada 09 April pemilu 2014 akan segera digelar. Berbagai kandidat calon maupun partai siap bertempur dan bersaing demi mendapatkan perolehan suara yang signifikan. Menjadi wakil-wakil rakyat yang baru untuk periode mendatang. Membawa aspirasi masyarakat yang selalu ada dan pasti terus ada. Menebar inspirasi sehingga terwujudnya negara dan daerah masing-masing yang penuh dengan harmoni.

Tugas masyarakat Indonesia yang harus dilakukan tanpa harus dipaksakan, akan tetapi sifatnya dibebaskan. Pemaksaan yang dimaksud adalah agar memilih satu dari sekian banyak peserta pemilu. Dibebaskan untuk memilih siapa saja yang sesuai dengan standar, selera, kriteria bahkan keinginan hati para calon pemilih masing-masing.

Rasa kebanggaan untuk tidak memilih adalah perilaku parasit. Parasit yang akan menggerogoti dan mendukung percepatan kehancuran negeri ini bila keadaanya negara ini dipegang oleh orang yang salah. Tingkah mereka bisa dilihat dari cara mereka tertarik atau tidak dengan politik. Mereka yang katanya mengerti dan memahami serta menyadari segala sendi kehidupan ini, sejatinya tidak akan pernah terlepas dari proses politik. Tetapi dengan bangganya mengekspresikan diri sebagai bagian dari para kaum golongan putih. Kebanggaan tersebut bukanlah hal yang pantas untuk disebarluaskan. Memilih satu sosok atau partai yang mendekati kriteria dan selera.

Kalau hanya menunggu persis dengan selera dan kriteria pribadi kita masing-masing, cepat-cepatlah keluar dari panggung dunia ini. Dunia akan selalu tercipta di atasnya pertentangan antara plus dan minus. Mengharapkan plus akan selalu dominan, tentu tidak akan mungkin, begitupun sebaliknya. Fluktuasi tersebut memang cara yang maha kuasa menguji kita, sampai sejauh mana kita bisa bertahan. Hidup adalah pilihan. Harus memilih yang mana yang lebih mendekati.

Pemimpin yang diorbitkan melalui pemilihan tersebut sejatinya hanya simbol atau titik kecil yang mempunyai keberanian membawa pesan. Dan yang paling menentukan adalah jutaan orang yang berada di balik mereka dan juga di balik simpul senyum sang presiden dan wakilnya yang terpasang dalam frame-frame di berbagai ruangan di Indonesia. Kitalah sebagai masyarakat atau publik Indonesia yang menentukan itu semua.

Sepintar dan sehebat apapun pemimpin tersebut bila pendukungnya atau masyarakat yang sedang dipimpinnya tidak mengamini rencana kerja, visi-misi, dan program-program yang akan diberlakukannya, maka inilah peluang melawan petuah nothing is impossible. Tidak ada yang tidak mungkin. Siapa bilang? Begitu banyak orang yang tetap memperjuangkan ketidakmungkinan tersebut hadir dalam kehidupan ini.

Salah satu tindakan kongkrit bersama-sama menuju perubahan yang diharapkan tersebut adalah ikut berpartisipasi aktif dalam memilih calon dan partai yang mendekati selera. Tentunya selera yang bertanggung jawab, bukan selera coba-coba. Bila tidak juga memilih dan alasan tidak memilih karena prinsip bukan karena teknis, jangan coba-coba untuk berharap lebih kepada pemimpin terpilih di masa yang akan datang.

Pada akhirnya memilih pemimpin yang mendekati selera dan kriteria masing-masing tidaklah cukup, melainkan terus membantu pemimpin yang telah diorbitkan melalui pemilu tersebut agar terus berjalan sesuai dengan visi dan misinya. Cobalah mengerti bagaimana pemimpin tersebut tetap dijalannya dan memberikan kesempatan padanya untuk berdiri, melangkah membawa pesan yang kita titipkan padanya. Karena mereka juga sama seperti kita. Manusia yang terkadang salah jalan dan nyasar. Cobalah mengingatkan dengan cara yang sepadan, bukan memadamkan segala upaya yang pernah dilakukannya. Jauh-jauh hari sebelumnya.

Oleh karenanya, masyarakat Indonesia harus sadar bahwasanya golput merupakan perusak demokrasi dan parasit bangsa yang tak peduli dengan kemajuan bangsa.Mari memilih besok ke TPS masing-masing dengan hati nurani, selera dan kriteria serta menjaga keamanan sehingga pemilu 2014 berjalan sukses sesuai dengan harapan publik negeri pluralis ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun