Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kertajati Kenapa Mati Suri?

16 Juni 2021   08:14 Diperbarui: 16 Juni 2021   08:31 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

"Sunyi sepi sendiri, sejak ditinggal pergi". Menulis  potongan lagu itu, saya jadi ingat nasib bandar udara Kertajati di Majalengka Jawa Barat.

Bandara no 2 terbesar se nusantara setelah Soeta di Tangerang itu, sejak diresmikan presiden Joko Widodo Mei 2018 bernasib malang. Karena sepi penumpang kini nyaris tidak ada kegiatan penerbangan. Sebelas maskapai penerbangan yang awalnya komitmen melakukan kegiatan dari dan ke Kertajati, kini semua menghentikan turun naik di sana. Tinggallah Kertajati yang sepi sendiri. Bahkan ada yang menjebut mati suri.

Akibatnya PT BIJB pengelola bandara yang menghabiskan anggaran Rp. 2,6 trilliun  itu terancam bangkrut. Katanya untuk membayar rekening listrik Rp. 1,5 milyar sebulan nyaris tidak mampu. Manejemen terpaksa memadamkan aliran AC serta sejumlah penerangan. Dengan irit mengirit itu rekening listrik turun menjadi Rp.450 juta.

Ada hal yang sangat membetot rasa prihatin. Dikabarkan manajemen sudah membuat langkah usaha yang nyaris tidak ada hubungannya dengan kebandaraan, menyewakan spot spot tertentu untuk acara poto-poto prewedding. Belakangan ada yang iseng membuat spanduk bertuliskan menerima service speda motor. Saya tak tahu bagaimana perasaan managemen disindir seperi itu.

Tapi mau gimana lagi, kondisinya memang begitu.

Kertajati  mati suri. Layu sebelum berkembang.

Kenapa gerangan?

Ada banyak pendapat yang saya tangkap dari berbagai pihak. Sekretaris Perusahaan BIJB, Arif Budiman dan Direktur Operasional dan Pengembangan, Agus Sugeng Widodo punya pendapat yang hampir sama. Menurut mereka, pada tahun pertama BIJB beroperasi terjadi kenaikan tiket serta ada peraturan bagasi berbayar.

Kemudian masih beroperasinya bandara Husen Sastranegara di Bandung. Bandara itu menjadi pilihan utama penumpang asal Bandung Raya.

Juga adanya trans atau jalan tol Jawa. Banyak masyarakat lebih memilih menggunakan jalan tol dari pada pesawat. Lebih murah meski waktu tempuh lebih lama.

Sementara Kementerian  Perhubungan lebih melihat faktor aksesibilitas, yaitu belum selesainya tol Cisumdawu yang merupakan akses bebas hambatan dari Cileunyi menuju Kertajati. Kemenhub dan pemprov Jabar yakin jika tol Cisumdawu sudah beroperasi penuh, jumlah penumpang akan meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun