Saya mulai memasuki wilayah Jawa Timur sejak akhir 1998, berawal di Kota Sampang. Kemudian bulan Maret tahun 2001 mulai menjadi warga Surabaya, ber-KTP Surabaya. Alhamdulilah, kenikmatan (pindah-pindah) ini bisa saya dan keluarga karena rasakan karena dinas semata. Sebagai konsekuensi logis sebagai seorang staf atau karyawan yang berkerja di salah satu bank plat merah di Indonesia. Siap dipindah kapan saja dan kemanapun lokasinya. Dan semua lokasi tempat kerja itu pasti ada plus minusnya dari sisi mana pun melihatnya. Prinsip yang selalu saya pegang setiap menerima Surat Keputusan (SK) pindah atau mutasi adalah : "Plusnya kita optimalkan, minusnya sekuat yang kita bisa diminimalkan...".
Sewaktu dinas di Sampang di pulau Madura, kondisi kota Surabaya dan kota Sampang sangat jauh bedanya. Ibarat langit dan bumi dalam segala hal, sarana dan prasarananya, termasuk dalam kehidupan sosial. Waktu itu, untuk mengakses ke Surabaya dan sebaliknya dengan menggunakan kenderaan mobil, satu-satunya sarana yang ada hanyalah dengan menggunakan kapal penyeberangan yang menghubungkan pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan pelabuhan Kamal di pulau Madura. Dan sering harus antri. Pernah suatu kali saya antri di kawasan pelabuhan Tanjung Perak mulai sekitar jam 12.30 WIB, dan baru bisa naik ke kapal penyebarangan sekitar jam 19.30 WIB. Lebih kurang antriannya selama 7 jam.
Oleh karena itu jika ada kesempatan ke Surabaya, karena dinas misalnya, harus dioptimalkan. Segala kebutuhan dinas dan kebutuhan keluarga/pribadi yang tidak bisa diperoleh di Sampang, langsung dicari di Surabaya untuk dibawa pulang ke Sampang. Dan disetiap momen ke Kota Surabaya tersebut, hampir selalu ujung-ujungnya mampir di pusat perbelanjaan (mall) yang sangat terkenal dan ikonik di Surabaya dan Jawa Timur untuk istirahat sambil makan/minum, belanja, nonton atau sekedar cuci mata dll. Namanya Tunjungan Plaza (TP).
Tunjungan Plaza (TP) mulai dibangun tahun 1983 (TP I) dan diresmikan pemakaiannya tahun 1986. Kini (2019) TP tersebut telah menjadi atau berjumlah 6 plaza. TP II dibuka tahun 1991, TP III dibuka tahun 1996, TP IV dibuka tahun 2001, TP V dibuka tahun 2015, dan terakhir TP VI beroperasi sejak 23 September 2017 (Sumber : wikipedia.org).
Bagi saya pribadi yang menarik bukan perkembangan pesat dari plaza tersebut hingga berjumlah menjadi 6 plaza dengan segala fasilitasnya. Sama sekali bukan juga karena semakin luasnya mall tersebut. Dan bukan hal itu yang ingin saya ungkapkan dalam tulisan kali ini. Apa lagi setelah berdomisili di Surabaya, berkunjung ke TP lama-lama menjadi malas. Muncul sikap alergi setiap mau ke TP karena susahnya nyari lahan buat parkir mobil dan "ribet", apa lagi di hari libur atau "weekend". Kita harus muter-muter beberapa kali dulu, baru dapat sepetak lahan buat parkir. Dan saat parkir harus ditandai betul dan diingat-ingat dengan baik di mana lokasi parkir mobil kita. Kalau daya ingat sudah mulai berkurang, perlu tambahan aktifitas saat kita kalau ke TP bawa mobil sendiri, yaitu mencatat di karcis parkir data antara lain : dekat tiang/pilar berapa, lantai berapa, TP berapa dsb. Biar tidak bingung nyarinya setelah semua urusan di TP selesai. Untung sekarang ada smart phone berkamera. Tidak perlu mencatat lagi, cukup difoto tiang/pilar terdekat di mana mobil kita parkir.
Hal yang ingin saya ungkapkan melalui tulisan ini adalah kekaguman saya atas keberadaan sebuah mushalla saat berkunjung ke TP beberapa waktu yang lalu. Ternyata sejak hampir dari dua tahun yang lalu sudah tersedia musholla eksekutif dengan luas 750 meter persegi oleh pengelola TP, yaitu PT. Pakuwon Jati bekerjasama dengan PT. Bank Mandiri selaku pemilik gedung TP II di lantai 3. Musholla ini merupakan bagian dari Taj Tunjungan Urban Muslim Center, dan sudah diresmikan oleh Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini pada tanggal 22 Mei 2017 (Sumber : suararepubliknews.net, on 23 Mei 2017).
Menjadi menariknya bagi saya pribadi adalah karena baru di pusat perbelanjaan TP Surabaya inilah saya menemukan mushalla yang sangat keren sekali. Bisa sholat di tempat yang lokasinya, sarana dan pra-sarananya benar-benar luar biasa. Semuanya terkesan mahal dan eksklusif, termasuk sound system-nya. Suara azan, suara imam dan suara khotib terdengar jernih dan jelas.Â
Beberapa kali saya ke pusat perbelanjaan (mall) seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Pekanbaru dan beberapa pusat perbelanjaan lain di Surabaya sendiri, belum pernah saya  menemukan mushalla tempat sholat buat orang Muslim/Islam yang dibangun sebagus dan seluas ini. Biasanya pengelola gedung hanya menyediakan ruangan untuk sholat ala kadarnya saja. Sekedar ada...! Asal ada...! Di pojok ruangan, di sudut gedung parkir, kecil, berdesakan dan antri kalau pada jam awal waktu sholat, baunya tidak enak karena tidak didisain dengan ventilasi yang baik. Rasanya sholat di situ hanya sekedar untuk bisa melepaskan kewajiban sholat sebagai ummat Islam saja. Pokoknya sudah sholat, selesai.  Â
Tapi di mushalla Attawwabun di TP di Surabaya ini suasananya sangat bertolak-belakang sekali dengan  musholla yang pernah saya rasakan di beberapa pusat perbelanjaan di beberapa kota besar selama ini. Mulai dari luar saja sudah terlihat nama musholla " Attawwabun" yang didisain sangat enak dibaca dan enak dilihat. Tampilannya menyejukan mata. Kata teman saya yang alumni pondok pesantren artinya adalah : orang-orang yang bertaubat...! Luar biasa...!