Mohon tunggu...
Dede Suprayitno
Dede Suprayitno Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Mantan Jurnalis

Dosen ilmu komunikasi yang juga memiliki minat pada isu ekonomi. Saat ini mengajar di UPN Veteran Jakarta dan Unisma Bekasi. Sebelumnya pernah berkarir sebagai reporter di Jawa Pos dan Harian Kontan serta menjadi produser di CNBC Indonesia TV.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Suku Bunga AS Naik 75 BPS, Dana Asing Keluar dari Indonesia?

29 Juli 2022   06:00 Diperbarui: 29 Juli 2022   06:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

Pertanyaan yang terlintas di benak pelaku pasar, terhadap arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, akhirnya terjawab. Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28 Juli 2022, The Fed sepakat untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (BPS). Sehingga kini Fed Fund Rate (FFR) berada pada kisaran 2,25% hingga 2,5%. Kenaikan ini masih sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. 

Apa yang menjadi latar belakang kenaikan suku bunga acuan ini? Ya! Inflasi di Amerika Serikat yang masih menggila sehingga membutuhkan alat untuk meredam laju kenaikan harga barang dan jasa di negeri Paman Sam. Dengan kenaikan suku bunga acuan, The Fed berusaha untuk mengatur demand yang ada di pasar. Apakah ini akan berhasil? Tidak ada yang tahu. Karena sebagian pelaku pasar mengatakan, krisis yang ada saat ini dsebabkan oleh krisisi pada tingkat supply. 

Kenaikan suku bunga acuan The Fed, kembali menjadi magnet bagi aliran dana asing untuk kembali parkir di AS. Akibatnya memicu outflow dana di seluruh dana di dunia menjadi terkuras. Hal ini diutarakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, menanggapi naiknya suku bunga acuan The Fed. 

"Outflow tak terhindarkan dengan suku bunga acuan melonjak oleh bank sentral dan menyebabkan dan memicu outflow di seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (27/7/2022).

Bila kondisi ini terus berlangsung, maka rupiah dapat tertekan. Di tahap inilah, Bank Indonesia sebagai sang penjaga rupiah memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas. Bila rupiah terus melemah, tentunya tak akan baik bagi industri yang masih mengandalkan impor. Begitu sebaliknya, bila rupiah menguat ini akan membebani industri berbasis ekspor. Untuk itu diperlukan keseimbangan agar bisnis bisa berjalan dengan kondusif.

Sebenarnya ada banyak opsi bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah menaikkan suku bunga acuan. Banyak pelaku pasar telah memprediksi, pada rapat dewan gubernur (RDG) berikutnya, BI dipastikan mulai mengerek suku bunga acuan. Pasalnya, pada pertemuan yang lalu, BI masih menahan suku bunga acuan. Pelaku pasar banyak yang menilai, BI cukup berani dengan kondisi pasar saat ini. Namun bila rupiah terus tertekan, sepertinya tidak ada jalan lain bagi BI untuk segera menaikkan suku bunga acuan. Langkah ini guna mempertahankan daya saing investasi di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun