Mohon tunggu...
Dede Zahra None
Dede Zahra None Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Nama saya Dede Zahra. Saya sekarang tinggal dan kerja di Jakarta.Mempunyia hobi menulis,mendengarkan musik juga travelling. Semoga tulisan opini ini bermanfaat minimal sharing ide sehingga bisa membangun bangsa ke arah yang lebih baik.Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Money

Siapkah Indonesia Memasuki Ekonomi Global?

9 Juni 2016   15:12 Diperbarui: 9 Juni 2016   15:15 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Namun permasalahannya apakah model e-bisnis ini benar-benar telah dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia? Perlu kita telusuri dengan mata terbuka, semakin terbukanya perkembangan teknologi yang menawarkan kenyamanan fasilitas dan ketepatan waktu memang di sisi lain memberikan pilihan terbaiknya bagi para pengguna (konsumen). Kalo mau belanja, atau pun memasarkan produk tinggal buka gadget, transaksi, beres! Tapi tak sesederhana itu konsekuensi yang diterima oleh masyarakat kita, khususnya para pelaku bisnis. Disisi lain, perubahan ini membawa angin segar bagi para pelaku bisnis yang mulai start up perusahaannya. 

Efisiensi dan efektifitas kinerja menjadi fokus utama mulai dari penghematan modal, tenaga kerja, hingga sarana dan prasaran yang mulai bisa dikalkulasikan secara hemat. Namun efek lainnya, tentu saja berimbang kepada jumlah tenaga kerja, sistem distribusi hingga sistem kemitraan yang tentunya akan sangat berbeda halnya bila dilakukan dengan sistem bisnis secara konvensional. Ekonomi global lebih diidentikan sebagai masuknya pangsa pasar Indonesia dalam perekonomian dunia. Bukan hal baru lagi, bila Indonesia yang dianggap sebagai negara ketiga masih harus berjuang hanya unutk bisa masuk dalam kancah dunia Internasional, apalagi sudah diakui dunia tentunya masih mimpi besar bagi negara ini.

Efisiensi manajemen, perbaikan di segi kualitas dan kuantitas, penggunaan teknologi yang tepat guna hingga kondisi alam politik yang sebenarnya masih menjadi penyebab utama masih tersisihnya produk-produk buatan kita di pasaran global. Kita bisa melihat negara Cina dan India, sebagai negara berkembang, dengan populasi penduduk yang besar dan tingkat pendidikan masih dalam level mendium, sudah mulai menggeliat dan bahkan mulai menamcapkan kukunya dalam kancah ekonomi dunia. Apakah Indonesia mampu? Mungkin jawaban ini akan didapat bila negara sudah memiliki legalitas yang kuat dengan dorongan sumber daya manusia yang berkualitas, teknologi yang tinggi hingga alam politik yang stabil sehingga tidak menimbulkan sentimen pribadi khususnya negara-negara tujuan ekspor.

Kasus harga kopi, coklat, karet dan timah serta hasil bumi lainnya yang merupakan hasil asli negara Indonesia, begitu lemahnya sampai ditentukan oleh pelaku pasar di negeri Belanda ataupun Amerika dna Eropa yang tentunya sangat menyayat hati. Kitalah negara penghasil utama kopi, namun saat memasuki rantai pasok kopi dunia, kita begitu lemahnya mudah dipermaikan oleh para pelaku pasar dunia, hingga harga pun masih didikte negara lain. Inilah fakta. 

Solusi terbaik perlu adanya ketegasan hukum dari Pemerintah Indonesia dan asosiasi dagang Indonesia berupaya lebih kreatif dalam mengemas produk hasil bumi Indonesia menjadi produk-produk siap pakai sehingga lebih bisa diterima di mana pun. Mulai dari pelaku rantai pasok hingga hukum birokrasi harus sejalan demi perlindungan komoditas kita sebagai komoditas ekspor yang nantinya akan berimbas terhadap kesejahteraan rakyat kita.

Indonesia harus membangun, mulai dari revolusi mental hingga semua birokrasi dan sarana serta prasarana yang mendukung upaya pengakuan rakyat kita agar dipandang sebagai negara yang terhormat, bukan hanya secara politik namun dibidang ekonomi pun tidak hanya dianggap sebagai pangsa pasar yang potensial tetapi juga sebagai pelaku ekonomi yang tidak dipandang sebelah mata oleh negara lain. Bangkitlah ekonomi Indonesia menuju Ekonomi Global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun