Tidak banyak yang tahu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebenarnya sudah lama memberi mandat agar setiap daerah memiliki Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD). Di Makassar, gagasan ini bukan hal baru. Jauh sebelum istilah BPPD populer, sejumlah tokoh pariwisata seperti Razak Djalle, Bahtiar Manaba, Nico B. Pasaka, Ilhamsyah Mattalatta, Walikota periode saat itu Amiruddin Maula, Asmin Amin, Abdullah Bone, Andi Ima Kesuma, Salahuddin Alam, Andi Ummu Tunru, dan Ida Yusuf Madjid telah lebih dulu memprakarsai hadirnya Badan Pengembangan dan Promosi Pariwisata Makassar (BP3M), yang kini bertransformasi menjadi Badan Promosi Pariwisata Kota Makassar (BP2M). Mereka adalah pionir yang meletakkan fondasi penting bagi arah pengembangan pariwisata kota ini.
Makassar, dengan segala denyut kehidupannya yang khas perpaduan antara semangat maritim dan kehangatan warganya memang pantas memiliki lembaga promosi yang kuat dan adaptif terhadap perubahan zaman. Kota ini bukan hanya soal Pantai Losari dan coto Makassar; ia juga tentang energi muda yang mengalir di setiap sudut. Komunitas kreatif tumbuh di mana-mana: dari fotografer jalanan, pembuat film pendek, perajin lokal, hingga konten kreator digital yang memperkenalkan wajah baru Makassar ke dunia.
Sudah saatnya Makassar memiliki narasi baru. Dulu, kota ini sering tampil di layar nasional dengan berita-berita yang tidak sejalan dengan arah kota indah namun dipenuhi dengan berita konflik sosial. Kini waktunya membalik halaman, menulis kisah tentang kota yang dinamis, kreatif, dan terbuka terhadap gagasan segar. Dari kafe-kafe kecil di pinggir pantai, acara musik lokal, hingga festival budaya yang dirancang anak muda, semuanya memperlihatkan bahwa Makassar tengah bergerak menuju wajah baru yang lebih inspiratif.
Jika dikelola secara inklusif, BP2M bisa menjadi instrumen penting untuk memperkuat citra positif Makassar sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata. Lebih dari sekadar lembaga, ia bisa menjadi gerakan bersama yang melibatkan warga kota dalam memperkenalkan Makassar kepada dunia. Karena sejatinya, yang dijual dari Makassar bukan hanya destinasi, tetapi juga cerita tentang semangat, kreativitas, dan kehangatan manusia di dalamnya. (dede leman)
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI