Tilke kerap dikritik karena dianggap membuat sirkuit yang “membosankan” atau “terlalu flat,”. Sirkuit rancangan Tilke ini memang terasa lebih artificial, sedikit tanjakan, turunan dan belokan natural yang ada di sirkuit klasik seperti SPA, Monza, imola dan Suzuka, tetapi Tilke menjelaskan bahwa desain sirkuit modern memiliki banyak batasan:
- Biasanya dibangun di lahan yang kurang ideal (karena biaya lebih murah)
- Harus memenuhi standar keselamatan FIA
- Terbatas oleh regulasi lokal (emisi, kebisingan suara kota, akses transport, dll)
Untuk meningkatkan aksi balapan, Tilke mendesain sirkuit dengan lintasan lurus panjang diikuti tikungan tajam, yang membuka peluang duel dan aksi saling salip menyalip. Contohnya di Sirkuit Baku Azaebaijan yang memiliki lintasan lurus yang Panjang diikuti oleh bagian berkelok, yang membuat tim harus memilih setting downforce tinggi agar cepat di tikungan atau rendah untuk memanfaatkan jalur lurus yang Panjang tersebut.
Di Indonesia sendiri Hermann Tilke juga sudah mendesign Sirkuit Jakabaring yang sebelumnya akan menjadi tuan rumah balapan Moto GP Indonesia sebelum pindah ke Mandalika.
Kini, Tilke menjalankan perusahaannya bersama putranya, Carsten Tilke. Perusahaan mereka mempekerjakan lebih dari 150 insinyur dan arsitek. Tilke sendiri telah berpartisipasi lebih dari 20 kali di ajang 24 Hours Nürburgring, bahkan pernah meraih pole position pada tahun 2009 menggunakan Ford GT, serta pernah membalap dengan V8 Star Jaguar pada 2004.
Hermann Tilke adalah sosok yang tak tergantikan dalam dunia motorsport. Dari pembalap amatir hingga menjadi desainer utama sirkuit-sirkuit paling modern di dunia, perpaduan antara keahlian teknis dan pengalaman di lintasan menjadikannya arsitek di balik aksi-aksi mendebarkan yang kita saksikan di F1 sekarang.
RA94
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI