Air bergemuruh, tatapan langit cerah berawan, udara kencang ditambah panas terik sinar matahari, burung-burung terbang menjauh membuat khas suasana ini. Di bawah pasir-pasir liar tak terasa memasuki sepatu, tapi tak peduli  bila dibersihkan pun masih banyak yang menanti gilirannya.
Di sebelah kanan Anak-anak kecil berlarian gembira ceria hanya karena gundu kan pasir, ombak kecil dan air asin yang  memedihkan mata tak tau apa yang menantinya di ujung sana.Â
Di sebelah kiri segerombolan pasangan muda mudi tampak senyum bahagia dibalik foto selfie dibalik keindahan bukit karang ombak dan kesedihan frustrasi palsu nya, demi penghargaan dan pengakuan dunia maya. Bergandengan tangan tanpa tau arah dan tujuan yang nyata.
Di belakang, apa yang ada dibelakang sering dianggap tidak penting seperti halnya sejarah kesuksesan dan kekayaan masa lalu yang dipuji-puji, belajar ilmu masa lalu tak paham apa itu arti sekarang dan esok hari.Â
Di belakang dimana pejuang sejati berada, darah daging mereka gerakan demi nilai, kehormatan dan kasih sayang yang dibuang sia-sia oleh sang pewaris nya, tak tertulis oleh batu nisan dan pena sejarah manusia.
Di depan, di hadapanku gurun gersang berair, penuh kehidupan di dalamnya dan kematian di atasnya. Dihasilkannya kehidupan dan kebahagiaan, air asin perih di mata. Orang-orang berlarian ke arah nya dan menjauhinya, perkara nikmat dan aniaya. Sekarang mereka berlari menjauh demi harta, kehormatan dan kasih sayang.Â
Celaka yang terjatuh dan terseret ke dalamnya tertelan kehidupan dan kematian sekaligus. Tak perlu berlari, duduklah nikmati pasir angin panas dan pemandangan nya, sambutlah dan nikmati gelombang besar air kebahagiaan datang, akhir dari ketidakpastian dan rasa bimbang. Tak perlu berlari tergesa-gesa, untuk apa berlari, tak guna berlari. Percuma berlari....