Mohon tunggu...
Dedi Riswanto
Dedi Riswanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup itu mengirup oksigen

Tidak ada sesuatupun yang lebih baik untuk dilakukan kecuali yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Meski Tak Sehangat Senja

22 November 2017   01:27 Diperbarui: 22 November 2017   01:54 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu pagi di daerah terpelosok di ujung wilayah pesisir timur bagian tengah pulau Sumatra, terdengar merdu suara kicawan burung-burung liar sambil berterbangan kesana sini mencari makan, walaupun bagi orang yang tinggal di pedesaan suara-suara itu sedikit mengganggu, namun itu adalah suara alam yang akan sangat sulit untuk ditemui di wilayah perkotaan.

Mentari pagi muncul dengan segarnya bersama sinaran cahaya hangat yang menembus jendela kamarku,   yang memaksaku bangun dan beranjak dari tempat tidurku.    Begitulah setiap pagi aku dibangunkan oleh alam, kecuali saat cuaca sedang buruk, berarti aku harus bangun terlambat setengah jam daripada biasanya.

Dengan langkah gontai setelah merapikan tempat tidur, aku melangkah kearah jendela dan membuka tirainya.    Mengenai beres-beres tempat tidur, aku melakukannya sendiri, sama seperti pemuda lain pada umumnya yang tinggal satu desa denganku, dan bahkan mencuci baju pun juga aku lakukan sendiri, karena aku adalah sosok yang sangat tidak suka jika hal yang bisa aku lakukan harus dilakukan oleh ibu.

"Riss!!!" kudengar suara ibu memanggil namaku, "apa kau sudah bangun?, kopimu sudah ibu siapkan" sambungnya.

Owh iya, sebelumnya perkenalkan, namaku "Deriswa", dan biasa di panggil "ris", ini adalah ceritaku tiga tahun yang lalu saat aku berumur 17 tahun, dan waktu itu aku masih duduk di bangku SMK, sekolah menengah kejuruan yang setara dengan SMA. Ngopi adalah kebiasaanku sejak kecil, namun ibu mulai sering membuatkan kopi untukku mungkin hanya sekitar dua bulan setelah aku tamat SMP.

Perlahan aku melangkah keluar dari kamar menuju meja makan tempat biasanya ibu menaruh kopi yang telah ia seduh untukku. Kuambil gelas itu dan kubawa menuju tempat duduk dibawah pohon  mangga didepan rumah.     Pagi ini aku menikmati kopiku bersama kebiasaan buruk lainnya yaitu merokok.

Setiap pagi aku memang biasanya bersantai dulu disini, sebelum mandi kesungai dan berangkat kesekolah.

Aku bersantai Sambil memikirkan pelajaran sekolah karna minggu depan aku ada ujian semester disekolah.   Saat tengah asyik memainkan asap rokok,   sejenak segala aktivitasku terhenti, tanpa kusadari batang rokok yang tadi kuhisap jatuh dan cangkir kopi yang ku pegang seakan melayang.  

 Aku terpokus pada sosok gadis cantik tepat diseberang jalan depan rumahku sedang menyisir rambutnya yang terurai. Namanya Raisa, dia idolaku dari sejak duduk dibangku sekolah Dasar. Meski tetangga, namun aku tidak begitu dekat dengannya. Dia adalah bunga desa, menjadi kekasihnya merupakan impian setiap pemuda didesaku, dia memang begitu cantik, sampai-sampai semua anak cowok didesa ini terobsesi dengannya. Dimana pemuda-pemuda ngumpul selalu ada canda yang didalamnya berkaitan dengan Raisa.

 Kulihat dia menoleh kearahku dan melepas senyum manisnya, sehingga membuat aku makin tidak sadarkan diri, aku balas dengan senyum, namun ia balas dengan tawa kecil dan menyadarkanku, ternyata cangkir kopi yang tadi kupegang telah tumpah dan membasahi sebagian baju dan sebelah paha celana boxer yang kupakai pagi ini.

*          *        *       *            *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun