Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Memprediksi Siapa yang Berjaya di MotoGP Prancis 2020

11 Oktober 2020   04:22 Diperbarui: 11 Oktober 2020   04:27 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quartararo diharapkan cetak sejarah sebagai pembalap Prancis yang menang di Le Mans. Gambar: AFP/Mohd Rasfan via Kompas.com

Seri MotoGP 2020 kembali hadir, dan kali ini digelar di Le Mans, Prancis (11/10). Pada seri Le Mans, kali ini sedang berada di situasi yang tidak beda jauh dengan di Indonesia.

Apalagi kalau bukan soal hujan. Berada di bulan Oktober, Indonesia sudah mulai sering diguyur hujan, hal ini rupanya juga terjadi di Prancis.

Jika berkendara di jalan raya saja semua orang sudah harus hati-hati. Maka, saat membalap di sirkuit yang berkarakter Top and Go itu, para pembalapnya juga harus ekstra perhitungan.

Faktor cuaca ini sangat mempengaruhi hasil dan terlihat di latihan bebas (FP) 1. Beberapa pembalap terlihat kesulitan, namun ini malah mampu dimanfaatkan oleh Bradley Smith untuk membuat kejutan. Pembalap asal Inggris itu berhasil keluar sebagai yang tercepat.

Awalnya ini terlihat mengejutkan, namun ketika melihat situasi treknya yang sedang basah, maka catatan itu tidak begitu mengejutkan. Hal ini seperti saat Ducati masih menjadi (maaf) 'tim kentang' pasca ditinggal Casey Stoner.

Motor yang hanya dibentuk seperti banteng terluka--yang tak mau berhenti menyeruduk itu--hanya akan terlihat bagus ketika balapan di lintasan basah. Tiba-tiba saja semua pembalap Ducati dari tim utamanya sampai satelit kelas duanya (setelah Pramac) merangsek ke depan.

Pemandangan itu seperti terduplikasi pada motor Aprilia. Kebetulan tim pabrikan ini adalah tim pabrikan yang belum bisa menyaingi perkembangan dari tim pabrikan lain. Saat seperti inilah kemudian Aprilia melalui Smith mencoba mencuri kesempatan.

Namun, sayangnya keadaan itu tak berlanjut ke sesi FP 2, apalagi sesi 3 yang sangat penting. Hal ini dikarenakan cuaca menjadi lebih bersahabat. Membuat para pembalap unggulan berhasil menaikkan level kecepatan idealnya.

Catatan waktu yang awalnya di kisaran 1 menit 40-an detik, menjadi 1 menit 35-an detik. Catatan itu terus ditajamkan sampai 1 menit 31 detik.

Ada satu pembalap yang bergerak konsisten untuk menajamkan waktu di sirkuit yang juga disebut sebagai Bugatti itu. Ia adalah Fabio Quartararo.

Pembalap asal Prancis yang di FP 1 terlihat berhati-hati, mulai beringas saat di sesi FP 3 dan FP 4. Torehan waktunya semakin bagus ketika di kualifikasi, yaitu 1 menit, 31.315 detik.

Baca juga: Juara Catalunya dan Peluang Juara Dunia

Itu sudah cukup untuk mengungguli pembalap yang tak kalah konsistennya dalam memacu motornya pada kecepatan maksimal, yaitu Jack Miller. Penunggang motor Pramac Ducati itu adalah pembalap satu-satunya Ducati yang konsisten di urutan atas.

Pembalap asal Australia itu tak pernah terlempar dari posisi 10 besar. Capaian terbelakangnya hanya di urutan ke-8. Hal ini membuat peluangnya untuk bersaing di podium terbuka lebar.

Menariknya, tak peduli cuaca, Jack Miller akan sangat difavoritkan untuk finis di podium. Bahkan, prediksi tentangnya akan semakin bagus ketika balapan berlangsung dengan keadaan hujan.

Pembalap yang pernah mengendarai motor satelit Honda itu tercatat punya pengalaman menang dengan situasi wet race. Padahal saat itu, ia menunggangi motor satelit kelas 2 Honda (Marc VDS), bukan kelas 1 (LCR).

Berdasarkan pengalaman itu, Jack Miller akan patut diwaspadai semua pembalap. Ia juga diprediksi akan sangat diharapkan oleh Ducati sebagai kartu terakhir, jika pembalap Ducati lainnya gagal konsisten di depan.

Lalu, bagaimana dengan peluang pembalap lain?

Jika merujuk pada hasil kualifikasi, ada beberapa nama yang patut disorot selain Quartararo dan Miller. Pertama, Danilo Petrucci.

Pembalap terbaik Ducati di Le Mans setelah Miller adalah Petrucci. Ini menjadi sebuah "kejutan", karena Ducati terlihat mulai bangun dari tidurnya.

Namun, namanya hanya akan masuk favorit saat balapan berlangsung basah saja. Pengecualiannya jika ia mampu melakukan start dengan baik dan mampu menjaga konsistensi di baris terdepan. Maka, ia juga bisa berbuat banyak di balapan kering.

Baca Juga: Ducati dan Dovi

Nama kedua, tentu harus ada Andrea Dovizioso. Meskipun ia tidak terlihat konsisten, namun ada satu catatan unik darinya, yaitu soal top speed yang ia miliki.

Saat ia mencapai top speed 317 km/j, maka ia berada di antara pembalap terdepan. Artinya, aroma keseriusan Dovi di balapan ini akan terlihat dengan bagaimana ia mampu kembali memaksimalkan kecepatan mesin Desmosedici.

Nama ketiga adalah Cal Crutchlow. Mungkin ia tersindir dengan tulisan sebelumnya (hanya becanda), membuat pembalap LCR ini seolah bangkit dan mampu menorehkan waktu terbaik ke-4 di kualifikasi.

Ada beberapa faktor yang bisa melandasi pencapaiannya kali ini. Pertama, faktor fisiknya yang pasti lebih prima dibandingkan balapan sebelumnya. Kedua, setelan motor yang tepat dengan karakter sirkuit. Ketiga, faktor zona nyaman yang rusak.

Maksud dari faktor ketiga adalah masa depannya di MotoGP terlihat tidak bagus. Kursi LCR hanya tersisa 1 saja, yang artinya antara Takaaki Nakagami atau dirinya harus hengkang.

Baca juga: Honda Bandel

Melihat situasi seperti itu, Crutchlow tentu harus segera bangkit. Ia harus memperkuat diri agar dapat membuat tim lain yang masih lowong menawarkan tempat di musim 2021 untuknya.

Nama keempat adalah Johann Zarco. Pembalap yang juga berasal dari Prancis itu diharapkan dapat meramaikan bursa podium di Le Mans.

Jika seri Eropa seperti Spanyol dan Italia selalu mempertemukan persaingan antara pembalap tamu dengan tuan rumah. Maka, ini juga bisa menjadi momentum bagi Prancis untuk mempertontonkan kebangkitan dua pembalap tuan rumahnya.

Nama ketujuh atau yang terakhir adalah Joan Mir. Nama yang sedang dielu-elukan oleh publik itu sangat diharapkan mampu berbuat banyak (lagi) di seri ini.

Hanya, ada satu pemandangan yang selalu membuat dahi berkerut, yaitu posisi start-nya. Ia harus memulai balapan Bugatti dari urutan ke-14.

Artinya, Mir harus kembali menunjukkan aksi super heroiknya untuk dapat meraih podium di Le Mans. Ada 12 pembalap yang harus ia lewati dalam waktu yang seharusnya lebih cepat dari seri Catalunya untuk dapat berada di posisi kedua.

Ia juga harus berharap ada minimal 1 sisa putaran untuk dapat bersaing dengan pembalap terdepan. Jika itu Miller, mungkin masih bisa. Namun, jika itu adalah Quartararo, maka itu adalah pekerjaan sulit.

Pembalap satelit Yamaha itu sudah pasti berupaya menjaga jarak agar tidak mudah untuk dikejar sampai putaran terakhir. Ini yang harus dipikirkan oleh Mir.

Situasi ini terlihat lebih sulit dari sebelumnya, karena ia mulai terlihat memiliki beban untuk membuktikan diri. Meski balapan masih ada beberapa seri lagi, namun ia diharapkan segera membuktikan diri.

Namun, hasil podium sebenarnya bukan pencapaian buruk. Hal ini tak lepas dari posisi start-nya. Ia bisa finis di podium saja sudah luar biasa.

Dasar progres pembalap di Le Mans 2020. Gambar: diolah dari MotoGP/Detik.com/Bola.net
Dasar progres pembalap di Le Mans 2020. Gambar: diolah dari MotoGP/Detik.com/Bola.net
Jadi, siapa yang akan menang di Le Mans 2020?

Prediksi podium:

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
~

Malang 10-11 Oktober 2020

Deddy Husein S.

Terkait:

Detik.com, Bola.net, Bolasport.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun