Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Alfred Riedl dan Sekali Tepuk Nyamuk Berjatuhan

19 September 2020   12:06 Diperbarui: 19 September 2020   12:13 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfred Riedl. Gambar: Goal.com

Jika ada self control, maka kita tidak akan pernah tahu bahwa ternyata para pemain kita sering kendur di babak kedua karena masih adanya ketidakdisiplinan dalam pola hidup. Secara 'cocokologi', itu pula yang membuat timnas (senior) kita masih sulit juara padahal masih di level AFF.

Namun, seandainya timnas kita berhasil juara, bisa jadi akan ada unggahan, "Berkat nasi bungkus yang halal kami bisa juara. Gitu aja kok repot."

Susah memang untuk berbuat saling mengingatkan, karena tidak ada yang saling merasa ada salahnya pada diri sendiri, melainkan kepada orang lain. Saya akan berpikir bahwa teman saya pasti punya celah di balik kehebatannya dalam membuat karya, tetapi tidak berpikir bahwa saya sendiri juga begitu.

Hasilnya, ketika saya berhasil menemukan celah dari teman, saya tidak meniru kemampuan teman saya menutupi celahnya, melainkan meniru teman saya dalam membuat celah di balik kehebatannya. Konyol bukan?

Kira-kira begitulah yang dapat menggambarkan bagaimana dampak dari kegagalan seseorang dalam menerapkan kedisiplinan yang sebenarnya juga berawal dari keharusan dalam mengendalikan diri. Inilah yang kemudian dibawakan oleh Alfred Riedl.

Alfred Riedl mencoba menerapkan kedisiplinan dalam timnya. Bahkan, di luar dugaan publik saat itu, ia memilih tetap memanggil Bambang Pamungkas, alih-alih Boaz Solossa yang sedang moncer di Liga Indonesia--masih bernama Indonesia Super League (ISL)--saat itu.

Entah karena indisipliner atau karena cedera, Boaz saat itu tidak merapat ke timnas. Begitu pun dengan pendapat para pemain saat itu pasca melakoni beberapa kali latihan. Mereka mengungkapkan bahwa kedisiplinan sangat ditekankan oleh Alfred Riedl di luar perihal teknis.

Itulah yang kemudian seperti teraplikasikan ke dalam permainan di Piala AFF 2010. Meskipun tidak juara, kita setidaknya sudah diberitahu oleh Alfred Riedl bahwa untuk menjadi juara ternyata tidak hanya soal skill tetapi juga tentang kedisiplinan.

Memang, kedisiplinan juga dapat memberikan dampak lain, seperti konservatisme. Terkadang, orang-orang yang cenderung sangat disiplin tidak berani keluar dari zona nyamannya.

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana timnas kita saat itu seperti tidak berani keluar dari patokan formasi 4-4-2. Ketika lawan sudah berhasil mempelajari sisi kelebihan dan kekurangan taktik Alfred, maka yang terjadi seperti saat di partai final.

Namun sebagai seseorang yang tidak memiliki kedisiplinan, saya masih berpikir bahwa kedisiplinan tetap lebih baik. Walaupun cenderung statis, tetapi itu akan memberikan arah yang jelas untuk ke mana kita akan berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun