Gelaran semifinal Piala FA 2019/20 sudah tuntas dengan mengeluarkan Arsenal dan Chelsea sebagai pemenang. Sedikit di luar dugaan, Arsenal mampu mengandaskan Manchester City yang sebelumnya memberikan kekalahan pertama bagi Mikel Arteta sebagai manajer The Gunners.
Kemenangan Arsenal tak lepas dari ketajaman Pierre-Emerick Aubameyang. Striker sekaligus kapten tim itu mampu mencetak dua gol yang membawa Arsenal menang 2-0.
Hasil ini seolah menjadi pembalasan yang cepat bagi Arteta untuk mengalahkan sang guru, Pep Guardiola. Ternyata, formasi 3-4-3 masih ampuh untuk membawa Arsenal menang meski dengan melawan tim sekelas Manchester City.
Selain itu, hasil ini seperti memberikan bukti bahwa Pep harus berhati-hati dalam melakukan psywar yang terkesan meremehkan level Piala FA--dibanding posisi klasemen Premier League. Di sini Arteta terlihat mengetahui adanya peluang lebih untuk memaksimalkan psywar tersebut, sekaligus anggapan publik yang (tentunya) lebih menjagokan Man. City untuk menang.
Prediksi bahwa Arsenal hanya memiliki sedikit peluang untuk menang bukanlah kesalahan. Hanya, kita patut ingat bahwa Arsenal memiliki mentalitas yang cukup bagus dalam mengarungi kompetisi Piala FA.
Bahkan, Mikel Arteta pernah menjadi bagian dari skuad juara Arsenal di Piala FA. Ini yang membuat Arsenal masih memiliki modal untuk dapat mengulangi kisah kejayaan mereka di kompetisi tertua di dunia tersebut.
Lalu, bagaimana dengan laga semifinal lainnya?
Sebenarnya laga antara Man. United vs Chelsea lebih berimbang. Hanya, Man. United lebih diunggulkan karena faktor tren di Premier League yang lebih bagus dibandingkan Chelsea.
Namun, lagi-lagi ada suatu hal yang perlu diingat bahwa Chelsea pernah menjuarai Liga Eropa (2019) dengan skuad yang tak beda jauh. Artinya, secara mentalitas, Chelsea tahu cara untuk memenangkan pertandingan dengan situasi "genting".
Ditambah dengan pernyataan-pernyataan Frank Lampard yang seolah nothing to lose di Premier League. Ini yang memunculkan prediksi, bahwa mereka akan lebih serius di Piala FA.
Selain itu, secara performa, Man. United mulai mendekati penurunan. Sedangkan Chelsea bisa berubah-ubah, walau dengan mengingat partai ini adalah semifinal maka The Blues seharusnya akan tampil lebih maksimal.
Menariknya, gambaran tentang pertandingan kedua tim itu dapat terwakili oleh preview dari Coach Justin. Beliau memprediksikan bahwa ada penurunan performa dari pemain Man. United, dan ternyata itu juga cukup terlihat di pertandingan semifinal ini.
Memang, secara statistik penguasaan bola, Man. United sedikit lebih unggul. Namun, secara efektivitas permainan, Chelsea lebih unggul.
Selain itu, ada sisi menarik dari kemenangan Chelsea atas Man. United, yaitu keberadaan Olivier Giroud sebagai pemain inti. Ketika striker asal Prancis itu bermain sejak menit pertama, maka Chelsea memiliki presentase kemenangan yang lebih tinggi dibandingkan saat mantan pemain Arsenal itu menjadi pemain cadangan.
Lalu, apakah Chelsea akan mampu mengulangi hasil manis kala menjalani partai final dengan derbi London seperti musim kemarin?
Jika merujuk pada tren di liga, Chelsea unggul dengan catatan hanya 2 kali tumbang. Sedangkan Arsenal sudah 3 kali tumbang dan 1 kali imbang.
Ini yang membuat Chelsea bisa diunggulkan untuk menang lagi di final derbi London. Hanya, Arsenal perlu membuat kemungkinan kecil itu bisa menjadi kemenangan jika situasinya seperti saat mengalahkan Liverpool (Premier League) dan Man. City (Piala FA).
Mereka harus rela di atas kertas kalah, namun di lapangan Aubameyang dkk. dapat memberikan perlawanan yang penuh taktik. Memang, Lampard juga tak kalah kreatif dalam membuat taktik atau pun susunan formasi pemain. Namun, Arteta terlihat berhasil dalam mengobati kesakitannya Arsenal dengan resep formasi 3-4-3.
Jika Arsenal kembali turun dengan formasi itu dan pilihan pemainnya tepat, maka Arsenal masih memiliki peluang untuk menang. Hanya, ada satu prediksi yang unik tentang final derbi London ini, yaitu keberadaan mantan pemain Chelsea di Arsenal.
Di musim kemarin, banyak netizen yang mencibir kekalahan Arsenal karena adanya Petr Cech sebagai agen gandanya Chelsea di Arsenal. Memang, Cech turun sebagai kiper utama, namun cibiran itu terasa kurang rasional.
Tetapi, bagaimana jika hal itu memang terjadi? Apakah David Luiz akan menjadi agen ganda selanjutnya bagi Chelsea?
Seharusnya pemikiran itu dapat ditolak, karena David Luiz sudah mendapatkan perlakuan yang baik di Arsenal. Ketika publik menganggap Luiz harus didepak karena blunder fatal di laga restart melawan Man. City di Premier League, justru kontraknya diperpanjang.
Jika sudah demikian, maka hasil akhir dari final itu akan ditentukan oleh keberuntungan. Karena, kedua klub tersebut di musim ini sama-sama mengandalkan pelatih baru dan berusia muda, yang menariknya berhasil membawa klubnya masing-masing bermain di final yang sama.
Jadi, siapakah yang akan menang? Apakah Chelsea atau Arsenal? Jika penulis diizinkan untuk berprediksi baik secara subjektif dan objektif, maka Arsenal memiliki presentasi kemenangan sekitar 55%.
Faktornya adalah histori di kompetisi tersebut. Rekam jejak hasil pertandingan dengan formasi 3-4-3. Lalu, bangkitnya ketajaman lini depan dan padunya kerja sama tim dalam bertahan.
Apakah kalian punya prediksi sendiri?
Mark your calendars
It'll be an all-London FA Cup Final on 1 August between @Arsenal & @ChelseaFC
Wembley Stadium pic.twitter.com/3NnCOAJoKF--- FIFA.com (@FIFAcom) July 19, 2020
Malang, 20 Juli 2020
Deddy Husein S.
Terkait:
Goal, Footystats, BBC.