Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Jo Pil-Ho: The Dawning Rage", Ketika Kejahatan dan Kebaikan Beda Tipis

28 Maret 2020   19:21 Diperbarui: 30 Maret 2020   00:05 4676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film ini patut ditonton bagi penyuka genre action dan tak anti tontonan Korea. | Netflix.com

Durasi 2 jam juga tidak melelahkan, karena ada pembagian adegannya antara berat-sedang-ringan sudah cukup tepat. Ending-nya, semua selesai. Tanpa ada gantung-menggantung, sehingga penonton pun lega.

Entah dikarenakan PH atau media yang menyiarkannya, namun film ini bisa dikatakan bagus untuk ditonton. Walau, tetap dengan adanya pengawasan dari orang dewasa jika film ini hendak ditonton bersama remaja (RBO).

Faktor terakhir atau yang ketiga adalah karena cerita di film ini tidak begitu mainstream, bagi penikmat film umum (bukan K-lovers). Hal ini dikarenakan tokoh utama dikisahkan dengan tidak biasa. Memang, tokoh utama yang dikisahkan berangkat dari nol, banyak. Apalagi jika diawali dengan kisah si tokoh utama yang tersiksa (inferior).

Namun, di film ini kita tidak menemukan hal sedemikian rupa. Setidaknya, si tokoh utama tidak terlalu melas. Bahkan, sebenarnya apa yang dilakukan si tokoh utama seringkali tak patut ditiru.

Akting Lee Sun-kyun bisa dikatakan sangat maksimal di sini. | Goldposter.com
Akting Lee Sun-kyun bisa dikatakan sangat maksimal di sini. | Goldposter.com
Begitu pula faktor kekuatan. Si tokoh utama tidak begitu memperlihatkan bahwa dirinya tangguh. Tentu faktor ini biasanya diperlihatkan di film-film action, namun di film ini, kita benar-benar dibuat maklum bahwa si tokoh utama kalah duluan.

Bukan hanya karena "takdir" sebagai tokoh utama yang harus kalah duluan lalu menang di akhir. Tetapi, memang karena tidak ada yang banyak berharap kepada sosok yang harus minum obat sebelum bekerja. "No body perfect" benar-benar ada di film ini.

Samarnya tingkah laku tokoh utama juga terjadi pada tokoh lain baik yang antagonis maupun yang sebenarnya baik. Mereka seperti si tokoh utama, tidak jelas bentuk sikapnya antara berbuat baik dengan berbuat jahat. Memang, sudah sering kita melihat tokoh-tokoh antagonis justru berkamuflase sebagai orang baik. Namun, melihat tokoh-tokoh yang sebenarnya baik namun terlihat buruk, tentu itu adalah hal unik.

Memang, penulis tidak menyarankan kepada pembaca apalagi yang masih remaja untuk meniru apa yang dilakukan Jang Mi-na, apalagi Jo Pil-Ho ketika dewasa nanti. Tetapi dengan menonton film ini, kita menjadi tahu bahwa tidak ada orang yang seratus persen baik dan begitu pula sebaliknya.

Jika tidak percaya, silakan tonton filmnya dan bandingkan dengan kehidupan nyata di sekitar Anda. Siapa tahu, hal itu juga terjadi di realitas masyarakat, dan kita bisa saja selama ini abai dan kurang jeli dalam mengamati.

Artinya, menonton film Jo Pil-Ho ini bisa menjadi refleksi pada diri sendiri maupun orang sekitar. Khusus untuk diri sendiri, hal ini menjadi pembelajaran penting bagi kita agar tidak asal menilai atau menghujat terhadap tingkah laku orang lain.

Bisa saja, mereka yang terlihat nakal dan aneh, justru sebenarnya orang baik. Sedangkan mereka yang terlihat "normal" dan baik, bisa saja ternyata memiliki motif terselubung hingga terbukti memang jahat. Wah, serem!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun