Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sebenarnya Kita Tidak Miskin

12 Juli 2019   18:40 Diperbarui: 12 Juli 2019   23:01 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang-orang di masa kini. (PHOTO BY BEECHACRES.ORG)

Ketika membaca judul artikel ini, mungkin bagi beberapa orang akan berpikir tentang keadaan Indonesia. Namun, tulisan ini berusaha untuk tidak mengarah pada skala besar seperti Indonesia.

Tulisan ini tidak menyasar pada perekonomian skala makro, melainkan hanya berangkat pada realitas dalam bentuk kecil. Biasanya yang menjadi pengamatan adalah daerah terdekat dan melalui pencerminan yang terjadi di dalam rumah masing-masing (termasuk di rumah penulis).

Tentunya tidak dipungkiri bahwa tulisan ini juga dilandasi oleh pengalaman dari waktu ke waktu yang kemudian mampu menggiring pemikiran tentang perbandingan antara kehidupan di beberapa waktu lalu menuju ke waktu sekarang.

Contoh paling mendasar adalah kehidupan di masa lalu, tidak semua rumah memiliki telepon dan komputer. Namun, di kehidupan masa kini, hampir semua rumah memiliki telepon seluler (ponsel) dan setidaknya satu personal computer (pc) atau juga dapat berupa gadget yang disebut laptop/notebook.

Dari contoh itulah pembahasan ini akan semakin menuju pada pokok persoalannya, yaitu penilaian terhadap kehidupan yang serba kekurangan.

Tidak perlu membandingkan kehidupan kita detik ini dengan 10-20 tahun lalu. Namun cukup dengan membandingkan kehidupan kita masing-masing antara detik ini dengan maksimal 5 tahun yang lalu. Bahkan boleh lebih pendek dari itu, misalnya dengan tahun lalu atau dua tahun lalu. Kira-kira, apakah ada perbedaan atau tidak?

Idealnya ada perbedaan, meskipun tidak banyak. Karena, manusia seyogianya selalu berupaya untuk terus melangkah ke depan, tidak sekadar jalan di tempat, apalagi hanya terus duduk dan tak melakukan apa-apa. Apalagi dewasa ini, kita sudah bisa melakukan banyak hal dengan modal duduk saja. Betul?

Contoh pembanding selain kepemilikan gadget (ponsel dan pc) adalah kepemilikan kendaraan pribadi. Hampir setiap rumah memiliki minimal satu kendaraan. Bahkan kendaraan paling standar untuk dimiliki adalah sepeda motor. Mungkin hanya beberapa saja yang hanya memiliki sepeda kayuh. Namun, hampir semua (per KK) memiliki minimal satu sepeda motor.

Contoh pembanding lainnya adalah jumlah alumni perguruan tinggi yang semakin meningkat, meski level perekonomian masyarakat Indonesia tidak semuanya berada di level menengah-atas. Namun, dengan melihat jumlah alumni perguruan tinggi yang sudah banyak, maka itu sudah dapat menunjukkan bahwa per KK juga tidak hanya mampu memiliki peningkatan pada harta benda namun juga mutu terhadap sumber daya manusianya.

Tidak perlu terlalu idealis dengan menyatakan bahwa tidak semua alumni perguruan tinggi itu kurang kompeten. Namun, kita sebut saja jika semua alumni perguruan tinggi itu adalah orang-orang yang berkompeten. Maka, apa yang terjadi?

Naiknya level kompetensi masyarakat pada akhirnya juga akan menaikkan standar kehidupannya. Hal ini dapat dilihat dari kepemilikan gadget, kendaraan, hingga target pekerjaan dan pendapatan. Inilah yang sebenarnya membuat kita tetap berpikir bahwa kehidupan kita masih dan semakin sulit.

Ilustrasi mahasiswa yang sudah lulus. (Republika.co.id)
Ilustrasi mahasiswa yang sudah lulus. (Republika.co.id)

Karena dengan semakin banyaknya alumni perguruan tinggi, maka juga mempengaruhi standar hidup masing-masing. Selain itu, keberadaan para alumni perguruan tinggi tersebut juga mempengaruhi sekitarnya. Karena tentunya masyarakat di sekitar mereka akan mencoba mengikuti standar hidup yang sudah terlanjur menempel pada mereka.

Memang kenaikan standar kehidupan tidak hanya berdasarkan peningkatan jumlah alumni perguruan tinggi. Namun, dengan gaya hidup baru yang dimiliki para alumni perguruan tinggi yang kemudian ditunjang oleh kemajuan teknologi, akan membuat masyarakat secara umum juga terkena pengaruhnya.

Ilustrasi perantau. (Kabarbanyuwangi.info)
Ilustrasi perantau. (Kabarbanyuwangi.info)

Sebenarnya jika menyebutkan alumni perguruan tinggi yang membawa gaya hidup baru ke masyarakat, kita juga tidak bisa melewatkan pengaruh dari orang-orang perantau secara umum. Sejak zaman 2000-an sampai saat ini, perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat sebenarnya tidak lepas dari keberadaan para perantau. Biasanya mereka yang merantau akan pulang ke kampung halamannya dengan membawa gaya dan standar hidup yang berbeda.

Ilustrasi media sosial. (Berbagisemangat.com)
Ilustrasi media sosial. (Berbagisemangat.com)

Contoh lainnya adalah keberadaan media sosial. Dalam kurun 4-5 tahun ini, kehidupan masyarakat semakin tidak bisa terlepas dari media sosial. Karena hampir semua informasi terbaru selalu dapat ditemukan di media sosial dan tentunya informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pola pikir dan mendorong pada tindakan untuk merubah kebiasaan.

Kebiasaan yang berubah pada akhirnya juga mengubah standar kehidupan. Jika sebelumnya komunikasi yang terjadi maksimal melalui sms dan telepon. Kini, aktivitas komunikasi bisa dilakukan setiap hari dan intensif dengan chatting. Hal ini pada akhirnya mengubah kebutuhan kita yang awalnya gencar dengan aktivitas membeli pulsa reguler menjadi membeli pulsa data agar tetap dapat selalu online.

Dari contoh-contoh ini, kita bisa melihat bahwa kehidupan kita semakin berubah. Hal ini dapat dilihat dari pernak-pernik kebutuhan kita yang semakin bertambah. Dari yang awalnya harus membeli pulsa Rp 10.000,- untuk menelpon orangtua dan langsung habis saat itu juga. Kini tinggal membeli pulsa data minimal Rp 25.000,- saja, kita bisa online selama sebulan penuh dan dapat menghubungi orangtua, saudara, anak, keluarga, teman, dan rekan kerja kapan saja. Betul?

Ilustrasi telpon-menelpon. (Mediakonsumen.com)
Ilustrasi telpon-menelpon. (Mediakonsumen.com)

Jika kita bandingkan kehidupan saat ini yang sedemikian rupa dengan kehidupan di 4-5 tahun lalu, tentu sudah berbeda. Waktu itu untuk membelanjakan uang Rp 25.000,- untuk membeli pulsa saja masih pikir-pikir. Sedangkan sekarang, membelanjakan uang dengan nominal yang sama, sudah tidak begitu dipikirkan. Karena, selama untuk kebutuhan, kenapa tidak?

Inilah yang sebenarnya melandasi standar kehidupan kita saat ini, yang pada akhirnya memunculkan pemikiran lainnya yang menyatakan bahwa kita itu sebenarnya tidaklah miskin. Kita hanya sedang berada di lingkaran kehidupan yang berputar semakin kencang.

Bagi yang tidak mampu mengikuti kecepatan itu, tentu dengan ringannya akan mengatakan dirinya miskin. Namun, bagi yang masih ada di tengah-tengah kemampuan dalam mengikuti kecepatan itu, seyogyanya berpikir ulang dalam mengatakan dirinya miskin.

Siapa tahu jika ternyata standar kehidupannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Siapa tahu pula bahwa kehidupannya saat ini lebih baik daripada orang-orang di sekitarnya. Bahkan, bisa jadi, kehidupannya lebih baik dari orang-orang yang masih kesulitan untuk memiliki sepeda onthel dan juga ponsel monophonic.

Fakta-fakta semacam inilah yang sebenarnya patut dikedepankan ketika terjadi pemikiran bahwa kehidupan kita terasa sulit apalagi sampai menganggap diri miskin. Siapa tahu jika sebenarnya tidaklah demikian. Mungkin semua itu terasa demikian karena usaha kita kurang atau diri kita tidak mampu mengelola "pasak" yang tak sebanding dengan "tiangnya". (hehehe)

Bagaimana? Masihkah berpikir miskin?

Tulungagung, 11-12 Juli 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun