Mohon tunggu...
Deby Amalia
Deby Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Airlangga

Hai!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akar Budaya Curang: Tradisi?

16 Mei 2023   09:43 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:50 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, media sosial ramai membicarakan kasus kecurangan yang dilakukan oleh beberapa peserta UTBK tahun ini. Tindakan curang berarti telah melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Anak sekolah yang menyontek saat ujian, pedagang yang mengurangi timbangan, dan pejabat yang korupsi merupakan contoh-contoh perbuatan curang yang paling umum dilakukan. Tetapi sebenarnya masih ada perbuatan-perbuatan curang yang lain yang mungkin sering terjadi dalam kehidupan. Para pelaku yang berbuat curang biasanya memiliki tujuan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun cara yang mereka lakukan salah. Dalam kecurangan tidak hanya ada pelaku saja, namun juga ada korban kecurangan yang tentu saja merasa dirugikan.

            Curang disebut juga sebagai tindakan yang bertentangan dengan aturan umum yang diterima masyarakat. Curang bisa juga terjadi dalam konteks pendidikan, pekerjaan, politik, bisnis, dan kompetisi. Dalam pendidikan, curang biasanya dilakukan dengan menyontek saat ujian, menggunakan jasa joki tugas atau joki tes yang melanggar nilai kejujuran dalam pendidikan. Dalam pekerjaan, curang yang kerap terjadi adalah korupsi, memanipulasi data, dan lain-lain yang mengakibatkan kerugian bagi pemilik usaha atau perusahaan. Dalam politik, curang dilakukan dengan adanya politik uang saat pemilu yang menimbulkan perpecahan dan ketidakstabilan politik. Dalam bisnis sendiri biasanya terjadi kecurangan dengan mengambil keuntungan dari informasi rahasia atau merusak reputasi pesaing yang berakibat pada kerugian finansial dan rusaknya reputasi perusahaan. Dalam kompetisi, curang dilakukan dengan membayar wasit untuk memihak diri atau timnya, merusak alat atau bahan lawan yang merugikan pesaing untuk memenangkan hadiah atau penghargaan dengan cara yang sah. Namun dalam banyak kasus kecurangan, tidak semuanya seperti itu. Karena curang juga bisa terjadi dengan sengaja maupun tidak sengaja atau tidak disadari. Seperti, pelatih olahraga yang menggunakan strategi atau taktik yang curang agar timnya dapat mengalahkan lawan.

Tradisi Turun-Temurun

Pixabay
Pixabay

            Sebenarnya sejak Sekolah Dasar(SD) kita telah diajarkan untuk tidak berbuat curang, meski demikian hal ini tidak menjadikan curang bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat. Karena salah satu penyebab dari kecurangan yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat adalah kecurangan telah menjadi tradisi yang melekat dalam masyarakat. Meskipun larangan berbuat curang telah diajarkan sejak SD atau diajarkan dalam konteks pendidikan formal, namun dalam kenyataannya budaya berbuat curang lebih sering diajarkan dalam kehidupan sehari-hari yang mana menjadi pendidikan informal yang lebih mudah untuk dipelajari karena telah dipraktikkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apa yang diajarkan pada pendidikan formal tersebut akan kalah dengan apa yang diajarkan pada pendidikan informal, karena dalam pendidikan formal juga banyak pelajaran lain yang diajarkan dan larangan berbuat curang hanya berupa teori saja, tidak ada praktik secara langsung.

            Perbuatan curang telah menjadi tradisi yang siklusnya terjadi secara turun-temurun dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya melalui sosialisasi baik dari keluarga, sekolah, lingkungan atau teman sebaya. Di sekolah misalnya, anak-anak akan melakukan hal-hal buruk seperti menyontek atau menggunakan joki karena keinginan mereka untuk mendapat nilai bagus karena bisa saja mendapat nilai bagus merupakan tuntutan dari orang tua mereka dan respons dari ketakutan mereka akan hukuman atau ancaman dari orang tuanya apabila tidak mendapat nilai bagus. Bahkan sadar atau tidak, cara mendidik anak (parenting) sebagian besar orang tua masih salah. Padahal, cara mendidik anak akan berdampak besar pada sikap dan karakter anak tersebut. Dalam konteks ini, jika anak sudah terbiasa untuk melakukan kecurangan maka dalam hal apa pun pasti dilakukan dengan hal yang curang juga.  Jika hal ini tidak diubah maka cara anak tersebut mendidik anaknya juga meniru cara orang tuanya sehingga hal ini menjadi hal yang turun-temurun. Jika sudah demikian, sulit untuk mengubahnya karena sudah menjadi budaya yang mengakar.

Curang dan Degradasi Moral

Pixabay
Pixabay

            Perbuatan curang memiliki hubungan yang erat dengan degradasi moral. Apabila perbuatan curang masih tetap melekat dalam kehidupan masyarakat, maka bisa dikatakan bahwa perbuatan curang merupakan tanda telah terjadinya degradasi moral. Degradasi moral adalah suatu kondisi merosotnya nilai-nilai moral yang dimiliki masyarakat. Sehingga masyarakat semakin banyak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai moral yang melekat di masyarakat. Yang mana semakin banyak juga terjadinya tindakan yang tercela seperti tidak jujur, mengambil hak orang lain, dan lain-lain.

            Degradasi moral yang terjadi pada masyarakat juga mendorong masyarakat untuk berbuat curang, mereka cenderung untuk bersikap egois sehingga tidak memikirkan kerugian atau dampak dari perbuatan curangnya bagi orang lain. Sebenarnya sikap curang juga bisa disebabkan oleh banyak faktor lain.

            Meskipun perbuatan curang telah menjadi suatu budaya, namun bukan berarti tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat. Hanya saja akan sedikit sulit, karena untuk menghilangkan hal tersebut tentu membutuhkan proses yang lama karena menyangkut kehidupan banyak orang dan telah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat. Maka dari itu, perlu dilakukan perubahan-perubahan pada kebiasaan masyarakat. Perubahan tersebut bisa dilakukan mulai dari diri sendiri dengan berbuat sesuai dengan apa yang menjadi aturan atau nilai moral yang diterima masyarakat. Setiap individu dalam masyarakat wajib menjunjung nilai-nilai moral seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sehingga dapat terhindarkan dari perbuatan curang. Mari hilangkan tradisi berbuat curang!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun