Mohon tunggu...
Dea WidiaRizki
Dea WidiaRizki Mohon Tunggu... Guru

Lulusan Sarjana Pendidikan pada jenjang Pendidikan Guru Anak Usia Dini yang telah memiliki sertifikat pendidik melalui program PPG Prajabatan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Memiliki pengalaman profesional dalam dunia pendidikan, serta kemampuan manajerial dan organisasi yang baik. Berkomitmen untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang sistematis dan inovatif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Deep Learning sebagai Pendekatan Inovatif dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar

5 Agustus 2025   22:00 Diperbarui: 5 Agustus 2025   22:14 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi penting abad ke-21 yang perlu ditumbuhkan sejak jenjang sekolah dasar. Berpikir kritis tidak hanya berarti mampu memahami dan menganalisis informasi, tetapi juga mencakup keterampilan dalam mengevaluasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah secara logis dan reflektif. Sekolah Dasar menjadi fase awal yang sangat strategis dalam membangun dasar kemampuan ini karena anak pada usia ini sedang berada pada tahap perkembangan kognitif yang mulai matang dan terbuka terhadap stimulasi intelektual.

Namun demikian, pembelajaran di tingkat SD masih sering terjebak pada pendekatan yang berfokus pada hafalan dan penguasaan materi secara mekanis. Aktivitas pembelajaran sering kali belum sepenuhnya memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir secara mandiri, menyampaikan pendapat, atau menyelesaikan masalah berdasarkan pemahamannya sendiri. Padahal, pembelajaran yang bermakna di SD seharusnya memberi peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi, bertanya, berdiskusi, dan terlibat secara aktif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pendekatan deep learning dapat menjadi strategi pembelajaran yang tepat. Deep learning menekankan pada keterlibatan siswa secara mendalam dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari sisi kognitif, tetapi juga emosional dan sosial. Pendekatan ini menciptakan pengalaman belajar yang mendorong rasa ingin tahu, eksplorasi, dan pengembangan pemahaman yang bermakna. Selain itu, pendekatan ini mendukung terciptanya suasana belajar yang sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful), yang sangat sesuai dengan karakteristik siswa SD.

  • Pembelajaran mindful (sadar) adalah pembelajaran yang membuat siswa benar-benar hadir secara mental dan emosional dalam kegiatan belajar. Contohnya, saat siswa mengamati perubahan cuaca secara langsung, mereka diajak untuk mencatat, merasakan, dan merefleksikan pengaruh cuaca terhadap kehidupan sehari-hari.
  • Pembelajaran meaningful (bermakna) terjadi ketika siswa mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman atau kehidupan mereka sendiri. Misalnya, dalam pembelajaran pecahan, siswa diajak membagi roti atau kue menjadi beberapa bagian yang sama besar sehingga mereka dapat memahami konsep secara konkret.
  • Pembelajaran joyful (menyenangkan) adalah pembelajaran yang membuat siswa merasa senang, antusias, dan nyaman selama proses belajar. Suasana kelas yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa secara alami. Misalnya, guru dapat menggunakan teknologi seperti aplikasi kuis interaktif (Kahoot!, Quizziz, atau Wordwall) dalam sesi evaluasi materi. Siswa diajak menjawab pertanyaan melalui perangkat digital secara langsung dan melihat skor mereka ditampilkan secara real-time. Suasana belajar menjadi lebih hidup, penuh semangat, dan disertai tawa serta antusiasme, karena siswa merasa seperti sedang bermain sambil belajar.

Penggunaan teknologi dalam kegiatan ini tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga mendorong partisipasi aktif dan meningkatkan daya serap materi, karena siswa merasa pembelajaran menjadi lebih relevan dengan dunia mereka yang akrab dengan teknologi.

Di sekolah dasar, strategi deep learning dapat diwujudkan melalui diskusi kelompok, proyek berbasis pemecahan masalah, eksperimen sederhana, presentasi, serta refleksi atas pengalaman belajar. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan "apa" yang harus dipelajari, tetapi juga "mengapa" dan "bagaimana" konsep itu dapat digunakan dalam kehidupan nyata. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam melalui pertanyaan terbuka dan aktivitas eksploratif.

Walaupun demikian, implementasi deep learning di sekolah dasar tidak lepas dari tantangan, seperti keterbatasan pemahaman guru, kurangnya pelatihan yang relevan, serta terbatasnya waktu dan sarana pembelajaran. Maka dari itu, dibutuhkan dukungan sekolah dan penguatan kapasitas pendidik agar strategi deep learning dapat diintegrasikan secara efektif dalam proses pembelajaran yang membangun keterampilan berpikir kritis sejak dini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun