Mohon tunggu...
Deasi Saragih
Deasi Saragih Mohon Tunggu... -

Pembelajar yg berusaha menjadi seorang pendidik. Pemerhati dan berkontribusi dlm dunia pendidkan (Teacher, Long Life Learner)\r\nFollow : @Deasi_Saragih\r\nhttp://deasisaragih.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Sharing Knowledge Antar Sesama Guru

11 Januari 2014   10:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:56 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya  terdorong menulis ini karena pengalaman yang saya jalani sebagai guru yang mendapatkan tugas sebagai team leader pada sekolah tempat saya mengajar. Tugas sebagai team leader dimulai  di bulan juli 2012, sebuah posisi sebagai ketua tim yang terdiri atas 12 rekan-rekan guru mata pelajaran sosial.  Jujur saja pada saat menerima tugas sebagai ketua tim, saya diliputi pertanyaan  akankah saya bisa membawa tim ini menjadi lebih baik dimasa yang akan datang? Apakah semua anggota tim bisa saling belajar satu dengan yang lainnya? Bagaimana guru muda dan guru senior yang sudah berpengalaman bisa saling melengkapi satu dengan yang lainnya?.  Hal ini yang mendorong saya untuk memikirkan sekiranya hal apa yang dapat membuat anggota tim bisa saling belajar satu dengan yang lainnya.Hal pertama yang saya amati adalah bahwa rekan-rekan tim memiliki potensi, pengalaman dan dedikasi terhadap sekolah, bahkan ada beberapa guru yang memiliki pengalaman mengajar 15 tahun lebih. Selain ada yang berpengalaman mengajar di atas 15 tahun, namun ada juga yang pengalamannya di bawah 5 tahun, bahkan ada pula guru baru yang masuk di tahun pertamanya, yang berararti belum mengetahui mengenai budaya sekolah yang terbangun. Sangat bervariasi bukan? Kondisi ini mendorong saya memikirkan sekiranya hal apa yang dapat membuat kami nge-blend dalam berbagi pengalaman belajar.

Memang akan sulit apabila rekan-rekan memiliki variasi karakter dan pengalaman sebagai guru.Gap pengalaman ini mendorong saya untuk kembali membuka matakuliah mengenai Knowledge Management yang pernah saya pelajari di bangku kuliah. Pemikiran simplenya adalah sebagai tim kami harus bisa saling berbagi pengalaman tanpa terlalu menonjolkan senioritas tapi menekankan kepada kesetaraan dalam belajar bersama.

Apa itu sharing knowledge?

Keyakinan yang saya miliki pada saat awal memimpin tim adalah bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki pengetahuan, yaitu pengetahuan yang tersimpan dalam otak, dimana pengetahuan tersebut diperoleh seiring dengan proses belajar yang sudah terjadi sepanjang hidup sesuai dengan pengalaman masing-masing. Jadi asumsinya adalah bahwa keseluruhan anggota tim memiliki pengetahuan yang berbeda. Misalnya saja rekan yang masih baru mengajar pastilah memiliki idealisme mengajar yang  lebih diiringi semangat yang tinggi, sementara bagi yang sudah banyak pengalaman akan kaya akan penerapan teori dalam pengajaran di kelas. Kesadaran akan kondisi inilah yang mendorong saya berusaha ingin membiasakan berbagi pengalaman dengan sesama anggota tim dalam bentuk diskusi yang memang memanfaatkan 10-15 menit dari waktu pertemuan 45 menit yang memang tersedia bagi kami untuk team meeting (team meeting dilakukan seminggu sekali). Tentu saja waktu yang tersedia formal akan kami isi selain untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang penting berkaitan dengan sekolah namun juga dengan pengaturan yang baik, ada saatnya kami memanfatkannya 15 menit setidaknya sebulan sekali untuk berbagi pengalaman berdasarkan pengembangan pengajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Mengapa sharing knowledge penting ?

Pengetahuan terletak pada individu dan diciptakan oleh individu (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Sumber pengetahuan masing-masing rekan sebagai individu perlu untuk dijaga dan dikelola dengan baik. Sebagaimana diutrakan oleh Morling dan Yankhlef (1999) bahwa yang akan menentukan kesuksesan tercapainya kemaksimalam kinerja dalam sebuah lembaga dalam hal ini sekolah adalah kemampuan untuk mengelola aset pemngetahuan, salah satunya guru sebagai aset penting sekolah.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki tacit knowledge yaitu pengetahuan yang melekat pada pengalaman masing-masing individu dan melibatkan faktor-faktor intangible, seperti perspektif masing-masing individu, keyakinan yang dimiliki setiap individu, dan penilaian terhadap sesuatu yang berbeda-beda dari masing-masing individu. Jadi dengan berbagi pebgalaman dalam situasi yang informal yang terarah saya yakin rekan-rekan tim bisa saling berbagi satu dengan yang lainnya, saling belajar.

Bagaimana penerapannya ?

Dapatkah dibayangkan apabila guru yang kaya akan pengalaman akan berbagi dengan rekan guru yang masih baru dalam mengajar, guru yang masih kagok dalam mengaplikasikan metode belajar? Atau dapatkah dibayangkan seorang guru senior mau mendengarkan rekan guru muda yang idealis yang update akan teknologi dan perkembangan teknis dunia pendidikan yang saat ini sedang mengembangkan sosial media  seperti twitter, pinterest, edmodo ?. Guru senior sebagai immigrant digital belajar mengenai colaborative learning dengan menggunakan sosial media?

Ya, cara untuk menerapkannya sangat sederhana, yaitu dengan sharing alias berbagi pengetahuan. Berbagi hal yang dianggapnya menarik yang pernah dilakukannya didalam kelas. Simple sekali.  Hal yang pertama kami lakukan adalah kami menentukan urutan sharing satu dengan yang lainnya dengan menggunakan jobs stik, yaitu stik ice cream yang kami beri nomor sejumlah anggota yang ada yaitu nomor 1-12. Jadi secara fair kami akan mendapatkan urutan berbagi pengalaman :D. Rekan yang pertama berbagi pengalaman seorang guru muda yang memperkenalkan kami dengan menggunakan prezi sebagai media presentasi. Hal ini terasa menarik karena sebagian besar masih kami menggunakan power point :D, rekan ini hanya menjelaskan selama 15 menit mengenai apa ituprezi, contohnya, dan sejauh mana ia menggunakan prezi dalam pembelajaran di kelas yang dapat membuat siswa lebih semangat karena animasi yang lebih menarik dibandingkan dengan prezi. Nah, supaya waktu meeting tidak terpakai terlalu lama maka masing-masing kami akan belajar di luar waktu meeting alias di sela waktu kerja untuk dapat meningkatkan kemampuan membuat bahan presentasi materi ajar dengan lebih menarik.

Suatu waktu rekan saya yang kedua berbagi mengenai penggunan edmodo sebagai satu langkah penerapan konsep belajar blended learning :D, tentu saja menarik, karena sebagian besar guru masih mengandalkan tatap muka sebagai yang utama, padahal saat ini zaman sudah mendesak para guru untuk mau belajar mengenai pembelajaran blended dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan komunikasi penyampaian materi ajar. Penyampaiannya halnya 15 menit, kalau mau belajar ya kami secara individual akan bertanya diluar waktu meeting, bahkan bisa saja setelah pulang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun