Mohon tunggu...
Deddy Arifin
Deddy Arifin Mohon Tunggu... -

Mencoba terus belajar .....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggugat Sistem Pendidikan Negeri Ini...... (2)

2 November 2012   01:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13518422041601148907

Sistem pendidikan apa yang terbaik ?

Menjadi sebuah perdebatan tak ada habisnya. Memang untuk menciptakan sebuah ide baru kita perlu banyak melihat ide-ide lain sehingga menambah referensi dan wawasan baru. Demikian juga untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan yang baik tak ada salahnya untuk melihat sistem pendidikan di negara lain.

Ada yang mengatakan sistem pendidikan terbaik di dunia ada di negara Finlandia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA. Amerika Serikat dan Eropa serta seluruh dunia gempar.

Padahal jumlah jam belajar mereka paling sedikit di kelas. Siswa juga dibebaskan dari pekerjaan rumah, hingga mereka memasuki usia remaja. Saat remaja pun, intensitas pekerjaan rumah yang diberikan oleh para guru tidaklah banyak. Para siswa di Finlandia tidak perlu mengenakan seragam selama di sekolah. Guru-guru pun diperbolehkan memakai pakaian yang kasual, untuk menciptakan atmosfer belajar yang nyaman. Selain itu, waktu belajar di dalam ruang kelas juga dibuat lebih sedikit.

Apa rahasia keberhasilan pendidikan Finlandia ?

Pendidikan mereka lebih menekankan pada Pendidikan Usia Dini (PAUD). Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun). Kegemaran membaca aktif didorong sejak masih kecil.

Pendidikan di Finlandia adalah tidak memaksa anak didik dalam belajar, beda dengan Indonesia yang kurikulumnya dijejali dengan banyak sekali ragam kurikulum. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia.

Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur.

Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri. Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan.

Finlandia dikenal pula dengan negara yang paling bersih dari korupsi, beberapa negara sempat terheran heran dengan kualitas pendidikan dan karakter orang finlandia yang anti korupsi. Negara ini sangat maju sekali dalam bidang tekhnologi dan ekonomi.

[caption id="attachment_207144" align="alignleft" width="224" caption="Tut Wuri Handayani"][/caption]

Rasanya terlalu banyak penulis menuliskan kehebatan dan keberhasilan pendidikan Finlandia dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Jangan-jangan kita malah berpikir bahwa seharusnya inilah sistem pendidikan terbaik yang bisa terapkan.

Pertanyaannya adalah apakah kita juga harus belajar dari Finlandia dalam membangun sistem pendidikan kita ?

Boleh-boleh saja kita belajar atau mungkin studi banding ke Finlandia untuk melihat sistem pendidikan disana. Tak ada salahnya menambah referensi dan wawasan dengan melihat lebih dekat sebuah sistem pendidikan yang terbukti berhasil membangun SDM yang cerdas, terampil dan berintergritas.

Tapi seperti pepatah mengatakan lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Tak selamanya yang terbaik di Finlandia dapat diterapkan di Indonesia. Yang pasti kita punya demografi, karakter, iklim, latar belakang sejarah serta budaya yang berbeda.

Menggagas sebuah sistem pendidikan terbaik

Menggagas sistem pendidik terbaik bukanlah perkara mudah, terbukti saat ini bisa dibilang pemerintah masih belum sepenuhnya berhasil membangun sistem pendidikan terbaik. Kalau ada sebagian pihak mengatakan masih gagal juga tidak sepenuhnya salah.

Apa saja yang telah dibangun dalam sistem pendidikan ini, menurut penulis belum mempunyai sebuah pemikiran yang mendasar dari sebuah sistem pendidikan. Pemikiran mendasar dari sebuah sistem besar ini sering kita sebut sebagai filosofi.

Ketika ada masalah yang berlangsung lama tanpa pernah ada penyelesaian yang tepat, bisa dipastikan masalah tersebut terus terjadi. Tapi ketika kita dapat mencari masalah dasar/filosofi nya, maka akan mudah untuk mencari solusi akhirnya.

Artinya adalah bagaimana mencari solusi sebuah masalah adalah bagaimana kita bisa mencari pemikiran mendasar dari masalah itu. Sebagai gambaran adalah jika masalah dianalogikan sebuah pohon, maka akar adalah dasarnya. Jika akar bermasalah, maka bisa dipastikan pohon tersebut bisa menjadi sakit bahkan mati.

Apa saja filosofi pendidikan  ?

Banyak pendapat tentang ini, tapi penulis coba rangkum dalam beberepa hal :

- Filosofi pendidikan harus dapat mengakomodir keunikan anak didik.

Anak didik yang terlahir dengan keunikannya seharusnya dapat terfasilitasi dan terakomodasi sesuai dengan karaterter, minat, bakat dan kemampuannya. Jadi kalau ada yang mengatakan pendidikan untuk semua, tidaklah terjadi disini. Disini perlunya diskriminasi pendidikan dalam artian positif. Diskriminasi disini adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap perbedaannya (karakteristik, minat, bakat dan kemampuan), bukan memberikan perbedaan terhadap hal yang sama

- Filosofi pendidikan harus dapat mengakomodir keunikan potensi daerah (kearifan lokal)

Banyak budaya serta kearifan lokal yang harus terus dipelihara. Pendidikan adalah salah satu cara melestarikan budaya serta kearifan lokal. Kalau selama ini kurikulum seperti bahasa daerah, kesenian, kuliner, adat istidat yang baik, dipelajari di sekolah, sekarang harus pada pendekatan yang intensif dan formal, sehingga setiap daerah ”berlomba” memajukan budaya dan kearifan lokal daerahnya. Pendekatan kepada pendaftaran menjadi budaya dunia di UNESCO misalnya adalah satu pendekatan formal yang perlu dilakukan di sekolah. Kalau ini terjadi pemerintah tak perlu pusing-pusing lagi akan budaya sendiri yang sering diakui negara tetangga. Sudah saatnya setiap daerah mempunyai kebanggaan akan potensi daerahnya.

- Filosofi pendidikan harus dapat mengakomodir kekuatan agama

Pemerintah secara resmi telah mengakui 6 agama yang berkembang di Indonesia. Pendidikan harus dapat menciptakan sebuah generasi yang dapat menciptakan kerukunan antar dan antara umat beragama. Sehingga keragaman dan perbedaan menjadi sebuah anugerah bukan menjadi perpecahan. Indonesia diakui sebagai negara dengan sedikit konflik perbedaan agama dibanding negara-negara lain. Walaupun masih ada riak-riak kecil dalam kehidupan beragama, sudah saatnya pendidikan dapat berperan besar menciptakan pribadi-pribadi dan masyarakat yang toleran terhadap umat beragama.

- Filosofi pendidikan harus dapat mengakomodir budaya bangsa

Lebih dari satu dekade terakhir ini sejak krisis moneter melanda negeri ini, keramah tamahan bangsa ini seolah hilang. Masyarakat Indonesia seperti kehilangan identitas diri. Rakyat begitu mudah menjadi marah dan terprovokasi. Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo seolah hanya menjadi slogan saja. Semangat gotong royong saat ini hanya terjadi di pedesaan. Apa ada yang salah dengan pendidikan negeri ini ? Saatnya pendidikan dapat membuat jatidiri dan budaya bangsa ini tetap ada dan jadi kebanggan.

Sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia ini dibangun berdasarkan filosofi yang benar, sehingga sistem pendidikan negeri ini punya arah jelas mau kemana nantinya (misalnya 20-30 tahun kedepan). Seandainya kita punya sistem pendidikan yang dibangun berdasarkan filosofi pendidikan yang benar, maka akan tertuang dalam sebuah cetak biru sistem pendidikan. Filosofi yang benar itu  sampai kapanpun tak akan berubah, hanya pada tingkatan teknis dan lapangan saja yang sedikit berubah (penyesuaian). Artinya roh pendidikan itu sesuatu yang sakral tanpa ada perubahan yang mendasar.

Jadi filosofi pendidikan itu bukan dibangun dari bagaimana hebatnya pendidikan di luar sana (luar negeri), tapi bagaimana pendidikan yang mengakar pada Keunikan Anak Didik, Keunikan Potensi Daerah (Kearifan Lokal), Kekuatan Agama serta Budaya Bangsa.

dear: diambil dari berbagai sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun