Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Akankah AS Menghapus Houthi dari Daftar Teroris?

6 April 2024   00:41 Diperbarui: 6 April 2024   10:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  AFP/Mohammed Huwais via Kompas

Timothy Lenderking yang merupakan Utusan khusus Amerika untuk Yaman baru-baru ini mengatakan bahwa (saya kutip) "Amerika pasti akan mempertimbangkan penghapusan Houthi dari daftar organisasi Teroris."

Terakhir saya cek, Houthi belum berhenti  menyerang kapal-kapal di Teluk Aden dan Laut Merah. Jadi apa yang yang sebenarnya terjadi di Yaman? Apa yang menjelaskan komentar utusan Amerika itu? Apakah itu tawaran perdamaian atau pengakuan kekalahan?

Yah akhir-akhir ini AS tampaknya mulai mengurangi tugasnya sebagai polisi dunia. Paman Sam meninggalkan Afganistan, dan sepertinya mulai fokus dengan masalah rumah tangganya sendiri. Jadi tidak sedikit yang berpendapat kalau AS sudah mulai kekurangan kekuatan untuk mendukung Arab Saudi dalam menghadapi Iran dan proksinya. Banyak yang bertanya-tanya, apakah AS mulai mundur dari Yaman juga?

Mari kita kembali ke tanggal 17 Januari 2024. Departemen luar negeri AS mengeluarkan pernyataan pers hari itu. Saya kutip "Departemen Luar Negeri hari ini mengumumkan penetapan Houthi sebagai kelompok teroris global."

Menurut Linderking, serangan Houthi menaikkan harga bagi konsumen dan membahayakan tujuan pembangunan regional negara-negara di kawasan tersebut yang bergantung pada pelayaran dan perdagangan internasional, termasuk Oman. Serangan-serangan tersebut juga tidak membantu Yaman, yang masih sangat membutuhkan dukungan kemanusiaan dan ekonomi.


Kelompok Houthi mengklaim bahwa tindakan mereka merupakan respons terhadap konflik di Gaza, namun serangan mereka hanya merugikan masyarakat biasa di wilayah tersebut.

Linderking juga menambahkan bahwa penetapan tersebut bertujuan untuk mempromosikan akuntabilitas atas kegiatan teroris kelompok Houthi. Jika Houthi menghentikan serangan di Laut Merah dan Teluk Aiden, maka AS akan mengevaluasi kembali penetapan tersebut.

Namun hingga kini, Houthi masih terus melancarkan aktivitas mereka di Laut Merah. Kenyataannya, Houthi menyatakan  bahwa mereka akan terus berjuang bersama Hamas selama perang di Gaza masih berkecamuk.

Lalu kenapa AS memikirkan kembali untuik meninjau daftar terorisnya? Apakah strategi Laut Merah AS gagal?

Biasanya negara-negara di dunia melakukan pendekatan terhadap konflik pertama-tama melalui diplomasi. Melalui pembicaraan, para diplomat akan menegosiasikan jalan perdamaian. Setelah diplomasi gagal, dan kehabisan pilihan barulah deklarasi perang.

Tapi AS tampaknya mengambil langkah terbalik. Pada bulan Oktober tahun lalu, Hamas menyerang Israel. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan perang. Pasukan Pertahanan Israel masuk ke Gaza.

Dari Yaman, Houthi memulai perang paralel di Laut merah. Mereka mulai meluncurkan rudal yang menargetkan kapal-kapal. Houthi bikin dunia gosok mata, ketika mereka menggunakan helikopter untuk membajak sebuah kapal komersial dan memfilmkan seluruh operasi tersebut lalu menayangkannya secara online. Kejadian ini terjadi pada bulan November 2023.

Amerika menanggapi eskalasi Houthi dengan menyerukan kepada sekutunya untuk membentuk operasi angkatan laut. Lahirlah Operation Alliance Guardian pada Desember 2023. Aliansi tersebut merupakan sebuah kekuatan yang dibentuk dengan tujuan untuk memastikan transit yang aman melalui wilayah Laut Merah.

Apa aliansi ini berhasil? Sayangnya, aliansi tersebut juga tidak bisa  mencegah serangan Houthi atau membatasi dampaknya. Houthi terus melancarkan serangan ke kapal-kapal di Laut Merah bahkan menyerang Angkatan Laut AS.

Lalu bagaimana langkah AS selanjutnya? Bersama dengan Inggris keduanya melancarkan serangan ke wilayah Houthi di Yaman. AS dan Inggris mengklaim bahwa mereka menghancurkan Roket peluncur, radar, dan gudang senjata Houthi. Serangan tersebut mungkin mengurangi jangkauan serangan Houthi sampai batas tertentu tetapi jelas tidak menghalangi para pejuang Houthi. Houthi terus meluncurkan rudal balistik, drone bunuh diri, bahkan kapal bunuh diri yang dikendalikan dari jarak jauh untuk menargetkan pasukan Barat.

AS kemudian mengklaim bahwa mereka mencegat kapal perbatasan Yaman yang membawa senjata buatan Iran. Tapi, apa tujuannya? serangan Houthi tidak berhenti tetapi dua Komandan AS yang terlibat dalam operasi itu hilang secara misterius.

Houthi mengklaim bahwa sejauh ini mereka telah kehilangan lebih dari 30 pejuang. Tapi, pertanyaannya adalah apakah mereka kalah perang di Laut Merah? Para pemimpin mereka mengatakan akan menyerang lebih banyak kapal.

Jadi kenapa seorang diplomat Amerika di sini mengisyaratkan kemungkinan menghapus Houthi dari daftar teroris. Masih sama, pertanyaan besarnya  apakah ini strategi militer yang membingungkan ataukah kegagalan?

Amerika mencoba menggunakan kekuatan senjatanya untuk menguasai Houthi. Washington mengeluarkan ancaman untuk meluncurkan serangan udara. Semuanya telah dicoba tetapi tidak ada yang membuahkan hasil.

Sehingga sepertinya AS kembali ke pendekatan mainstream. Tampaknya Washington bisa mencoba pendekatan yang berbeda yakni diplomasi. Timothy Lenderking mengatakan (saya kutip)  "Harapan saya adalah kita dapat menemukan jalur diplomasi."

Pertanyaannya, apakah AS masih punya kemewahan itu?

Sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun