Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Guru Era Covid-19 Menuju Renaisans Abad 21

26 November 2020   00:14 Diperbarui: 26 November 2020   07:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi logo Hari Guru Nasional (HGN) 2020 (Kemendikbud)

Pandemi Covid-19 akan membentuk masa depan kolektif kita dalam beberapa dekade mendatang. Tidak hanya jumlah kematian yang mengerikan dari penyakit itu sendiri yang akan berdampak pada individu, keluarga dan komunitas: konsekuensi dari Covid-19 di berbagai bidang kehidupan akan membentuk peluang hidup para penyintas.

Misalnya, akan ada beban keuangan pada individu dan negara yang kemungkinan besar akan mempercepat dan memperpanjang resesi yang disebabkan oleh lockdown. Dikombinasikan dengan biaya kesehatan masyarakat akibat pandemi, hal ini akan membatasi kemampuan pemerintah untuk mendanai layanan sosial lainnya, seperti pendidikan, yang semakin menghambat peluang untuk memajukan kesejahteraan manusia.

Sejarah menunjukkan bahwa pandemi dapat memiliki efek yang mengejutkan dan kontras. Mereka bukan satu-satunya penyebab dari apa yang terjadi, tetapi percepatan tren yang ada dan interaksinya dengan faktor ekonomi dan politik lainnya dapat mengakibatkan gangguan sosial yang signifikan.

Pandemi Balck Death - yang, dalam beberapa tahun sejak kemunculannya pada tahun 1346 telah merenggut nyawa 200 juta orang. Black Death mengganggu hierarki kaku Italia abad pertengahan, memungkinkan, misalnya, mobilitas sosial keluarga seperti keluarga Medici. 

Keluarga itu, tentu saja, memainkan peran penting dalam menyatukan para intelektual dan seniman yang, dalam kombinasinya telah mempelopori Renaisans. 

Renaisans telah membawa kemajuan pada umat manusia dengan menumbuhkan kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian individu; berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya; munculnya faham pemikiran baru seperti humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materealisme. Namun, apa pun yang terjadi, pendidikan berada dalam posisi unik dan penting untuk mengarahkan perkembangan ke arah yang positif.

Sekarang, kita belum tahu bagaimana pengaruh Covid-19 terhadap pendidikan zaman kita ke depannya. Ada beberapa masalah utama yang dihadapi pendidik misalnya: dengan belajar dari rumah, sekolah harus menciptakan cara atau mekanisme alternative untuk menyampaikan pelajaran, dalam waktu yang terbatas, dan dengan persiapan profesional yang terbatas bagi para guru. 

Dan seperti yang kita ketahui, mekanisme tersebut belum mampu menjangkau semua siswa dengan setara, karena jenis dukungan yang tersedia untuk siswa di rumah bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan orang tua dan tingkat sosial ekonomi masing-masing siswa. Mereka yang tidak mendapat pelajaran dengan baik akan kesulitan untuk mengikuti kurikulum yang tersedia ketika pandemi berakhir. 

Beberapa dari siswa akan terkena dampak ekonomi dari pandemi sehingga harus bekerja membantu orang tua menghidupi keluarga, dan banyak lagi masalah lainnya yang akan menyebabkan kemunduran pendidikan.

Tapi, ketika melihat ke sejarah perkembangan manusia, kita merupakan makhluk mengejutkan yang keras kepala untuk bertahan. Kita telah menghadapi berbagai macam penyakit dan perang, dan di sini kita, tetap bertahan dan terus maju, memberikan harapan bahwa kita akan melewati krisis ini bersama-sama. 

Hal yang bisa kita banggakan dan apresiasikan adalah para guru. Melihat bagaimana perjuangan mereka untuk memastikan siswanya mendapat pelajaran, profesionalisme mereka telah menunjukan bahwa mencerdaskan anak bangsa bukan hanya pekerjaan semata, namun merupakan misi hidup. 

Lihatlah Millah Kamilah, meninggalkan jabatannya sebagai Kepala Sekolah di suatu TK di Kota Bandung hingga menjual mobil untuk mendirikan Sekolah Rumah Kasih Mandiri (RKM) Tahfidzpreneur, sekolah gratis bagi keluarga tidak mampu. Sejak Pandemi Covid-19, ia menerima murid-murid baru yang orang tuanya kehilangan pekerjaan. Millah harus mengandalkan donasi dan menyisihkan uang lebih banyak agar RKM bisa tetap beroperasi. (dikutip dari KOMPAS)

Foto Millah Kamilah (KOMPAS/Machradin Wahyudi Ritonga)
Foto Millah Kamilah (KOMPAS/Machradin Wahyudi Ritonga)
Ada juga Martha, Guru SDN 05 Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat ini menghadapi tentangan berat selama PJJ. Beberapa muridnya tinggal di tempat yang tidak layak, seperti barak kerja perkebunan sawit dan ladang yang jauh jangkauannya. Martha menemui orang tua murid, yang menjadi perantara tugas dan materi pembelajaran anak-anaknya, seminggu sekali. Saat bertemu orang tua, Martha juga menjelaskan materi pelajaran dan membagikan masker. (dikutip dari KOMPAS)

Foto tempat tinggal siswa Martha (KOMPAS/Junaedi)
Foto tempat tinggal siswa Martha (KOMPAS/Junaedi)
Lalu ada Kartino Ali. Selama pandemi, guru yang menyandang peringkat pertama guru berprestasi tingkat SMP Kota Cirebon 2019 ini, menggunakan platform YouTube dan panggilan video WhatsApp untuk kegiatan belajar mengajar. Kartino memiliki metode mengajar yang unik agar siswanya tidak bosan belajar di rumah, ia mengenakan kostum Captain America dan menggunakan permainan. Alat pendukung kegiatan mengajarnya, ia danai dengan merogoh koceknya sendiri. (Dikutip dari KOMPAS)

Foto Kartino Ali, guru SMP Kota Cirebon (KOMPAS/Abdullah Fikri Ashri)
Foto Kartino Ali, guru SMP Kota Cirebon (KOMPAS/Abdullah Fikri Ashri)
Millah Kamilah, Martha, dan Kartino Ali adalah tiga dari sekian banyak pahlawan pendidikan yang melayani dengan segenap hati. Mengejutkan bahwa selalu ada sosok-sosok yang rela berkorban di era sulit seperti sekarang ini. Cerita mereka telah memberikan api semangat bagi para orang tua dan rekan pendidik lainnya untuk ikut bersama-sama melewati krisis pendidikan masa pandemi Covid-19.

Hal lain yang juga sangat mengejutkan adalah, tidak seperti dugaan pengamat sosial pada awalnya bahwa Covid berkemungkinan mengurangi hubungan komunikasi antar manusia, Covid-19 justru mengakibatkan komunikasi antar wilayah secara besar-besaran terjadi dibanding sebelum terjadi pandemi. Jutaan pertemuan dan seminar berbasis web dilakukan secara online. 

Seminar yang akrab kita sebut webinar ini melonjak drastis semenjak pandemi bermula. Webinar memiliki keunggulan tersendiri dibanding seminar offline, webinar bisa dilakukan kapan saja dengan biaya yang jauh...jauuuh lebih murah. 

Berbagai lembaga dan institusi pun memprogramkan webinar dalam agenda dadakan nya masing-masing. Dan ini lebih meningkatkan terjadinya kolaborasi antar guru daripada sebelumnya. 

Kreativitas dan inovasi luar biasa pun dihasilkan dari kolaborasi antar guru dalam sekolah dan antar sekolah, kolaborasi antara organisasi masyarakat sipil dan guru, dan saya pikir inovasi tersebut telah menciptakan efek medici. 

Efek medici adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada apa yang terjadi di Florence, beberapa dekade setelah pandemi Italia saat Lorenzo de Medici mengumpulkan berbagai macam seniman dan intelektual serta ilmuwan seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavello,dsb, lalu berkolaborasi dan menghasilkan Renaisans yang merupakan era inovasi sejarah.

Kolaborasi para guru dan berbagai elemen masyarakat telah dilakukan dalam jumlah yang tak terhitung selama pandemi Covid-19, banyak inovasi telah dilahirkan. Apapun tantangannya, yakinlah kita bisa menemukan cara melewati krisis ini bersama-sama. Saya beriman bahwa ini merupakan tanda Renaisans kita menuju sebuah era kemajuan yang baru.

Selamat Hari Guru 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun