Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tuhan Sudah Mati dalam "Ex Machina"

9 Mei 2020   02:23 Diperbarui: 11 Mei 2020   11:47 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Ex Machina (alchetron.com)

Caleb : Tidak ada yang memprogramku untuk menjadi heteroseksual.

Nathan : Kau memutuskan untuk menjadi heteroseksual? Yang benar saja. Tentu saja kau diprogram untuk menjadi heteroseksual. Secara alami, atau secara didikan, atau keduanya.

Sama seperti tipe gadis, orientasi seksual juga tercipta oleh pengalaman hidup seseorang.

Dalam dua penelitiannya - "Behavior in the Human Male (1948)" dan "Sexual Behavior in the Human Female (1953)" - yang menghasilkan Skala Kinsey yang terkenal itu, Alfred Kinsey mengemukakan bahwa orientasi seksual seseorang bisa berubah-ubah tergantung input yang diterima. Jadi tidak ada orang yang terlahir heteroseksual ataupun homoseksual. Bahkan Kinsey menemukan adanya orang yang menunjukkan ketidakadaan perilaku seksual sementara definisi aseksualitas saat ini ditekankan pada ketidaktertarikan secara seksual. 

Perilaku manusia diprogram oleh pengalaman hidupnya.

Saya pikir itu poin yang ingin disampaikan dari scene ini oleh sang scriptwriter, Alex Garland.

Mungkin masyarakat kita harus memahami mengenai hal ini agar orientasi seksual seseorang tidak menjadi "barang aneh" yang menjadi tontonan menarik sehingga tidak muncul Ferdian Paleka lain di kemudian hari.

Plotnya terlihat sederhana jika hanya melihat pada sinopsis tetapi nyatanya tidak, Ex Machina adalah sebuah film yang menurut saya sangat pintar, dengan protagonis memainkan pertarungan pikiran layaknya catur, mencoba untuk tetap selangkah di depan satu sama lain.

Bagi sebagian penonton mungkin film ini terasa datar dan membosankan, kecuali untuk pecinta genre thriller psikologis, ini bisa jadi salah satu film terbaik, Garland selaku penulis dan sutradara melakukan apa yang ingin dilakukannya dengan cemerlang.

Ada beberapa aspek dari film ini yang tidak realistis dan sering absurd. Tetapi karena ini adalah film alegoris, hal tersebut dapat diterima, di mana Garland membuat opini atau sesuatu untuk direnungkan, daripada berjuang untuk realisme.

Menurut saya, Ex Machina adalah film fiksi ilmiah terbaik tentang kecerdasan buatan sejak Blade Runner. Sementara Blade Runner adalah film thriller aksi yang lebih mengandalkan visual epik untuk menceritakan kisahnya, Ex Machina adalah film thriller psikologis yang digerakkan oleh dialog yang perlahan-lahan bekerja dengan baik dalam otak kita. Dialog pemain yang memprovokasi bukan hanya antar pemain tapi juga bagi penonton, sangat menakutkan, suatu keadaan paranoia yang diinduksi dan bertahan lama setelah ending mulai bergulir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun