Perang Iran-Israel baru saja dimulai Jum'at silam. Dampaknya sudah terasa ke negeri kita, paling tidak dunia maya sudah gaduh sebelum nanti terasa hempasan tsunami dari gempa ekonomi. Kalau baru mulai, siapa saya yang sudah berani menyimpulkan perang dimenangkan oleh Israel?
Walaupun latar belakang militer penulis hanya punya kakek yang veteran TNI, tapi sebagai netizen boleh saja kan menganalisis berita dan turut bersuara? Sebagai pribadi penulis ingin melihat Iran menang. Tapi apa dikata, data-data berita dan fakta berkata lain.
Mari kita lihat, alasan apa saja yang membuat Israel sudah menang, sebelum rudal pertama ditembakkan.
1. Perang bersifat jangka panjang.
Pivot point (titik balik) perang ini sebetulnya sudah dimulai jauh sebelumnya, dengan kematian Jendral Qasem Soleimani. Â Dikenal sebagai Shadow Commander, Mayjen Qasem Soleimani adalah ahli perang proxy yang mengorkestrasi perlawanan terhadap AS dan Israel. Kemampuan strategi dan penguasaan wilayahnya membuat AS dan Israel kesulitan melumpuhkan Hamas, Houthi, Hezbollah, dan pertahanan Syria dari gangguan pemberontak
Januari 2020, operasi gabungan Israel dan AS berhasil membunuh Mayjen Qasem. Tidak tanggung- tanggung ditembak menggunakan rudal, bukan senapan atau senjata biasa, menegaskan peran vital Qasem Soleimani memblokade kepentingan Israel dan AS di wilayah Timteng.
Iran tidak menemukan pengganti sepadan untuk jenderal cemerlang itu. Terbukti setelah Mayjen Qasem Soleimani menjadi martir, hanya dalam waktu 4 tahun Israel berhasil menyapu bersih musuh-musuh di sekeliling mereka. Termasuk bonus, jatuhnya Bashar Al-Asad di Syria.
Kembali ke masa kini, yang menjadi pertanyaan menentukan: berapa cadangan rudal yang dimiliki Iran? Dan berapa lama kemampuan Iran untuk memproduksi / daya pulih rudal Iran? Sumber daya Iran terbatas, sementara Israel dapat dikatakan hampir tidak terbatas. Dalam jangka panjang, posisi Iran tidak diuntungkan.
2. Infantry is Queen of Battle