Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi, Ekosistem Tim, dan Sepak Bola Indonesia

3 Juli 2019   11:37 Diperbarui: 4 Juli 2019   02:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: tribunnews.com

Untuk kesekian kalinya, Messi Gagal membawa Timnas senior Argentina menjuarai turnamen. Terakhir kali Argentina juara 26 tahun silam, di gelaran Copa America, saat Messi berusia 5 tahun. Catatan juara Olimpiade Messi tidak dimasukkan ke dalam gelar bergengsi timnas senior, karena Olimpiade dinilai sebagai kompetisi U23.

Apa yang membuat Messi gagal di timnas, padahal dia bertabur gelar individu dan tim di Barcelona? Sekedar kesialan belaka?

Jika ditelaah sebetulnya kegagalan Messi di timnas bukanlah hal yang mengejutkan.  Walau pun sama-sama punggawa Barca Messi berbeda dengan Maradona yang membela Boca Juniors saat masih remaja. Messi tumbuh dan hidup dalam ekosistem La Masia, sekolah sepakbola Barca. Kemudian berhasil merebut tempat di tim senior Barca, juga masih berada dalam ekosistem Barca. Artinya Messi adalah produk sepakbola Spanyol, bukan produk Argentina.

Karena tumbuh di lingkungan sepakbola Spanyol, Barca pada khususnya, mindset sepakbola Messi adalah Spanyol. Teknik sepakbola Messi adalah Spanyol. Messi adalah produk cemerlang sepakbola spanyol yang dipaksa dimasukkan ke dalam puzzle timnas Argentina.

Messi bisa saja menjadi Singa perkasa yang mengaum di Barcelona. Tapi timnas Argentina adalah lautan yang membutuhkan seekor Hiu, bukan Singa. Timnas Argentina tidak menyediakan ekosistem yang membuat Messi nyaman bermain sebagai dirinya sendiri.

Hal ini juga yang membedakan dirinya dengan bintang lain, yaitu Ronaldo. Ketika Messi berkutat di Barcelona, Ronaldo berkelana ke berbagai klub besar, merasakan beragam atmosfer sepakbola dunia dan mencicipi ekosistem sepakbola lain di luar satu klub dan satu negara.

Dampaknya, Ronaldo berhasil menularkan pengalaman dan spirit sepakbolanya ke timnas. Dia mampu membentuk ekosistem yang nyaman untuk dirinya, sedangkan Messi tidak, karena di Barcelona ekosistem itu dibuat untuk Messi.

Messi adalah pusat gravitasi Barca, tim Barca dibuat dengan menjadikan Messi sebagai pusatnya. Timnas Argentina tidak akan bisa mengkloning Barca karena budaya dan ekosistem Argentina tidak identik dengan Barca. Sehingga di timnas, kontribusi Messi tidak maksimal.

Messi adalah bukti sepakbola sebagai olahraga tim. Seorang bintang besar sekalipun tidak mampu berbuat banyak ketika tim yang diperkuatnya tidak bermain sebagai satu kesatuan. Sebagai individu tidak ada yang meragukan Messi, tapi sebagai tim dan inspirator, Messi bukanlah contoh yang dapat dijadikan acuan utama.

Dari kasus Messi dengan Barcelona dan Timnas Argentina, Indonesia sebetulnya bisa belajar banyak. Bahwa dalam sepakbola modern pembinaan tim menjadi hal yang lebih utama daripada bintang individu. Seperti juga saat Leicester menjuarai Premier League. Tim yang hebat dapat mengalahkan tim bertabur bintang yang anggota timnya bermain sendiri-sendiri.

Bahkan tim yang hebat akan menarik individu berkualitas untuk datang. Jika timnas Indonesia menjadi tim yang disegani, maka para pemain keturunan Indonesia di Eropa seperti Nainggolan pun akan tertarik untuk membela timnas Indonesia.

Karena itu pembinaan PSSI, sebagai induk dan ujung tombak sepakbola Indonesia, semestinya mulai membentuk kesebelasan dengan visi berorientasi tim. Bukan mencomot pemain terbaik klub untuk menjadi timnas. Caranya dengan mengumpulkan ratusan, atau ribuan anak berbakat, lalu menyaringnya satu persatu hingga terbentuk sebuah tim dengan solidaritas dan kerjasama yang utuh. Seperti Barca membangun La Masia.

Di La Masia, dari sekitar 440 lulusannya hanya 40 orang atau kurang dari 10% yang berhasil masuk tim senior Barca. Sisanya merumput di tim lain liga-liga Eropa. Indonesia punya jutaan anak yang berbakat sepakbola. Jika sistem yang dibangun tepat, rasanya tidak sulit mendapatkan 22 orang pemain yang bisa membawa timnas senior ke Piala Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun