Kemampuan membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi siswa. Membaca tidak sekadar sarana memperoleh informasi, tetapi juga jalan utama untuk belajar dan memahami pelajaran. Studi meta-analisis oleh Kurniawati (2024) membuktikan adanya hubungan positif antara kemampuan literasi (membaca dan menulis) dengan prestasi akademik siswa secara umum (UNY Journal). Selain itu, penelitian Widyaningsih & Nugroho (2025) pada siswa kelas III menunjukkan bahwa motivasi membaca secara signifikan berkontribusi terhadap prestasi akademik (p = 0,004) (Portal Jurnal UPI).
Fenomena ini juga tampak dalam kasus konkret di kelas 3, tepatnya di SD Negeri 3 Rajamandala wetan, di mana ada siswa yang belum mahir membaca sehingga nilainya rendah, bukan karena tidak tahu jawabannya, melainkan karena kesulitan menangkap soal yang disajikan. Sebaliknya, ada siswa yang belum lancar membaca tetapi cemerlang di matematika, menunjukkan bahwa keterbatasan membaca bisa membatasi potensi di bidang lain.
Selain itu, penelitian MARS berbasis data PISA Indonesia (2022) mengungkap bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia tergolong rendah, dan faktor dukungan keluarga memiliki pengaruh terbesar---meningkatkan skor literasi membaca hingga 33,9 poin per siswa (Jurnal Kemendikbud).
Dalam konteks global, laporan AP News (2025) mengungkap bahwa setelah pandemi, prestasi membaca siswa kelas IV dan VIII di AS terus menurun, sementara pembelajaran matematika stagnan (AP News). Demikian pula, data NAEP 2024 menunjukkan bahwa hanya 67% siswa kelas VIII dan 60% siswa kelas IV di AS memenuhi keterampilan membaca dasar---terendah sejak 32 tahun terakhir (New York Post).
Mengapa Kemampuan Membaca Penting untuk Siswa?
Tanpa kemampuan membaca, siswa kesulitan memahami materi maupun soal ujian, sehingga pengetahuan yang sebenarnya mereka kuasai tidak bisa terlihat dalam penilaian. Meta-analisis dan studi kuantitatif juga memperkuat bahwa literasi membaca dan motivasi dalam membaca berkorelasi kuat dengan prestasi akademik siswa, terutama pada kelas dasar dan sekolah menengah awal. Bila kemampuan membaca tidak ditingkatkan sejak dini, siswa rentan tertinggal akademik, apalagi ketika materi pembelajaran semakin kompleks di kelas tinggi.
Dukungan keluarga terbukti sangat krusial dalam meningkatkan skor literasi, seperti data PISA Indonesia (2022) menunjukkan. Artinya intervensi tidak cukup dari sekolah saja, melainkan perlu kolaborasi dengan orang tua.
Rekomendasi untuk Guru dan Sekolah
- Implementasikan Program Literasi Terpadu: literasi pra-pelajaran, pojok baca, program membaca bersama di rumah dan sekolah.
- Bangun Motivasi Baca Siswa dengan pendekatan menarik dan relevan.
- Kolaborasi dengan Orang Tua agar tercipta lingkungan yang mendukung membaca.
- Intervensi Dini untuk Siswa Kesulitan Baca agar potensi akademiknya tidak terkubur hanya karena hambatan membaca.
Dengan menekankan pentingnya literasi dan mendukungnya lewat pendekatan komprehensif, guru dan sekolah dapat membantu siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga mengasah potensi akademik mereka secara menyeluruh.
Daftar Pustaka
