Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sendu Guru Kura-kura

17 Juli 2020   17:27 Diperbarui: 17 Juli 2020   17:23 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku berharap penduduk negeri Danau Tenang bisa menerima pilihan Raja Hutan". 

"Raja Hutan akan memilihkan pemimpin terbaik untuk masyarakatku ini", pesan Sesepuh kami semua, menenangkan hati kami, yang was-was. Was-was menanti pengganti tetua. Semoga pemimpin baru memberikan ketenangan dan kesejahteraan, ini harapan semua warga negeri kecil ini.

***

Suasana siang itu cukup sendu di negeri yang tenang ini. Negeri ini terasa panas di kawasan kami yang sejuk. Nyanyian keceriaan nyaris tak terdengar lagi. / teyot teblung teyot teblung/ teyot teyot teblung, hanya menjadi cerita lalu. Warga di sini tersayat mendengar tembang itu diperdendangkan. 

Rasa aman dan sentosa menjadi barang langka. Matahari yang menyinari di sela-sela lebatnya hutan, terasa panas menyengat. Sejuk hembusan angin, terasa gerah. Keseharian warga Danau Tenang selalu galau, tak tenang, tak senang, tak bahagia.

Setelah pak Besar lengser, kami sempat tenang sesaat. Penguasa baru, ternyata bukan wajah asing bagi kami penduduk negeri ini. Setelah kembali ke daerahnya setelah dinyatakan lulus oleh Guru Kura-kura. Kemudian ia merantau entah dimana. Ternyata anak didik ini mendekat ke kekuasaan di hutan sana, tuk dekat dengan Raja Hutan. Dan, Bangkong ternyata bisa mengambil hatinya. 

Salah satu murid Guru Kura-kura, akhirnya kembali lagi dan menjadi pemimpin kami. Percaya diri yang tlah dibangun dan ditanamkan pak Bulus, kini, menjadikan dia menjadi pemimpin dengan tingkat kepedean yang luar biasa. Sungguh sangat berjasa, perguruan Danau Tenang membentuk karakternya.

Ironisnya, keramahtamahan sifat warga Danau Tenang, sudah tak tampak dalam perilaku pak Bangkong, pemimpin baru. Sifat pongah, semena-mena sekarang yang ditampilkan tetua ini. 

Pedenya semakin kuat. Sikap santun yang jadi ciri khas lulusan perguruan danau tenang, sudah sirna. Santunnya tampak hanya saat ia ingin mendapatkan sesuatu. Santun punya maksud.....santun sesaat.

Sekarang negeri kamu, mulai rusak. Banyak sumber daya yang terbengkalai. Penguasa kami asyik dengan dirinya sendiri, tekun dengan ambisinya, menang dengan egonya. 

Kami warga Danau Tenang merasa tak tenang, melihat kondisi lingkungan kami. Ingin rasanya kami rakyat ini mengadu ke pak Besar. Tapi, kami pun, tak ingin mengganggu konsentrasi Tetua yang kami cintai dari pertapaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun