Mohon tunggu...
Dayvia Aprilliya
Dayvia Aprilliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap Menulis dan Bersemedi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030067

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wajib Dikunjungi! Wisata Edukasi Museum Jenang di Kudus, Apa Isinya?

6 April 2022   00:02 Diperbarui: 6 April 2022   05:55 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dijuluki dengan "The Taste of Java", Kudus dikenal sebagai bagian dari wilayah Jawa yang sangat kental akan nuansa religi dan budaya Jawanya. Citra tersebut terbukti bahwa Kudus memiliki potensi yang menjanjikan, mulai dari sektor pariwisata, industri, bahkan pendidikan. Jenang menjadi salah satu industri makanan khas Kudus yang paling legendaris. Jenang juga merupakan jajanan ikon makanan Kudus yang autentik sehingga tak heran jika Jenang Kudus menjadi buah tangan favorit incaran para wisatawan. Mirip dengan dodol, Jenang Kudus terbuat dari tepung beras ketan, santan, gula kelapa, dan lemak nabati.

Dokpri
Dokpri

Banyak industri Jenang Kudus yang berkembang pesat, akan tetapi yang paling terkenal adalah Jenang Mubarok. Pusat Jenang Mubarok beralamat di Jl. Sunan Muria No. 33, Desa Glantengan, Kecamatan Kota, Kudus. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Di lantai satu terdapat showroom penjualan aneka produk jenang dan jajanan yang terata rapi di setiap rak. Harga semua produk pun cukup terjangkau, yaitu per kemasan dibandrol hanya puluhan ribu saja. Tak hanya pusat belanja, di lantai dua pengunjung dapat menikmati wisata edukasi Museum Jenang. Didirikan tahun 2017, museum ini hadir dalam rangka menampilkan berbagai budaya lokal. Lalu, apa aja sih isinya?

Dokpri
Dokpri

Obyek pertama saat Anda memasuki Museum Jenang, yaitu area sejarah Jenang yang menceritakan dua kisah, yaitu Jenang di Kudus dan Jenang Mubarok.

Dihimpun dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus dan sumber lainnya asal usul jenang di Kudus diyakini bertalian erat dengan cerita rakyat yang terjadi di Desa Kaliputu, Kudus. Tak terlepas dari legenda sebagian perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangkung (Saridin) serta Mbah Depok Soponyono dan cucunya. Konon ketika Mbah Depok Soponyono bermain burung dara bersama cucunya di tepi sungai, cucunya terjebur dan hanyut di sungai itu. Anak tersebut akhirnya ditolong oleh sejumlah warga. Sunan Kudus dan Syekh Jangkung yang sedang lewat pada saat peristiwa itu terjadi, menghampiri kerumunan warga yang sedang panik tersebut. Sunan Kudus berkesimpulan si anak sudah tiada, namun Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Depok masih hidup, hanya mati suri. Untuk membangunkannya Syekh Jangkung meminta ibu-ibu membuat Jenang Bubur Gamping untuk menyuapi si anak dan akhirnya sadar. Disebut Jenang Bubur Gamping karena terbuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa.

Dari legenda tersebut, jenang berkembang. Bahan baku jenang beralih, dari sebutan Bubur Gamping menjadi Jenang Kudus. "Dari bahan tiga tadi, ada santan, beras ketan, dan garam, nah garam ini diganti dengan gula merah, akhirnya warnanya (jenang) cokelat kehitaman. Yang awalnya Bubur Gamping menjadi Jenang Kudus." Beber Muhammad Saidun Arwani atau Mas Idun, Karyawan sekaligus Tour Guide di Museum Jenang.

Beralih pada kisah Jenang Mubarok, jenang ini dirintis oleh H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sebagai Generasi I dalam kurun tahun 1910 sampai 1940, kemudian dilanjutkan oleh anaknya, H. A. Shochib dan Hj. Istifaiyah sebagai Generasi II dalam kurun tahun 1940 sampai 1992. Mas Idun menjelaskan, "Dalam dua generasi tersebut, pengolahan dan peralatan jenang masih sangat manual, sederhana, masih menggunakan tenaga manusia. Memasaknya memakai kawah (wajan besar), masih diaduk-aduk dengan kayu yang dulu disebut alat susuk (alu penumbuk)."

Selanjutnya, di Generasi III, mulai tahun 1992 sampai sekarang, oleh H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE semua peralatan dan pengolahan jenang berkembang, sudah menggunakan mesin. Selain itu, beliau berdua juga sekaligus pendiri Museum Jenang yang akan menginjak usia lima tahun.

Demikian, Jenang Mubarok maju pesat dengan CV. Mubarokfood Cipta Delicia. Berdiri lebih dari 100 tahun tentu Jenang Mubarok memiliki ciri khasnya. Mas Idun pun mengungkapkan bahwa yang membedakan Jenang Mubarok dari jenang produsen lainnya adalah cita rasa, tekstur, dan varian rasanya. Jenang Mubarok melakukan inovasi agar jenang tidak monoton, semua rasa ada. Jenang Mubarok juga berusaha menjalin kemitraan, seperti kerja sama dalam akulturasi bakpia dan jenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun