Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca dan Berdampak Bagi Orang Lain

19 November 2022   15:04 Diperbarui: 19 November 2022   15:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menyukai membaca tepatnya kapan saya lupa persisnya. Tapi yang saya ingat samar-samar saya mulai menyukai buku tanpa dipaksa adalah sejak saya diberi kesempatan untuk berlangganan buku cerita anak dari majalah bobo. Memastikan isi cerita dengan gambar yang ada, menjadi salah satu teknik membaca yang paling saya sukai. Seiring bertambahnya usia, jenis buku yang dibaca tentunya berubah." Terang Vilta Lefaan, atau yang biasa dipanggil Vilta.

Seorang penggiat pendidikan yang merasa waktu  SMP atau SMA, minat bacanya menurun. Dia merasa tertekan ketika ada tugas dari sekolah untuk membaca buku paket. Entah kenapa. Semua itu membuat dirinya merasa membaca jadi tidak semenarik zaman dulu waktu membaca bobo.

Tentu saja hal ini mempunyai dampak, dan dirasakannya ketika masuk hiruk pikuk perguruan tinggi. Merantau jauh ke Jawa, dia menyadari bahwa sepertinya "wawasan saya minim tentang banyak hal." Hal ini dia lihat dan rasakan ketika bergaul dengan rekan-rekan mahasiswa sekelas dan sekampus saat itu.

"Saya merasa tidak paham, dengan apa pun yang mereka perbincangkan, atau mereka diskusikan. Akhinya saya memilih untuk diam. Saking diamnya, sampai suka menghakimi diri sendiri," lanjutnya lagi. "Kok gitu aja gak tahu, pamalas baca kapa e, jadinya sa kudet," adalah ucapan yang ia pikirkan saat itu. Jelas Vilta, ketika menengok kembali apa yang dirasakannya.

Belum lagi kalau ada teman yang menyampaikan peristiwa atau fakta atau isu padanya, dan mereka berkata "iya aku baca soalnya di koran ini, bukunya juga bagus loh, kapan-kapan ke toko buku yuk ngecek buku baru." Sungguh, ini menjadi momen paling menyesakkan baginya, lagi memalukan ketika diingat-ingat.

Tetapi, waktu berlalu, manusia berubah. Apa yang di alaminya, membuat dia mencoba mencari semangat mengumpulkan buku-buku menarik hatinya. Ah, ternyata pada buku-buku bergambar.  Dia kembali tertarik membaca secara dalam ketika mulai menyukai buku bergenre ensiklopedia. Lagi-lagi masih tentang mengaitkan gambar dengan isi tulisannya.

Melalui pembacaan dan bantuan gambar-gambar dalam buku, akhirnya merasa apa yang dibacanya. "Oh maksud dari gambar ini adalah ini toh... atau oh maksud dari kalimat ini seperti yang di gambar ya." Lanjutnya. Sejak saat itulah dia memahami jenis buku yang tepat untuk dirinya. Baginya, dengan bacaan yang dibantu dengan gambar, foto dan visual lainnya akan memudahkannya dalam membaca,

Pengembaraannya membaca teks membawanya bertemu buku-buku biografi semacam I Am Malala, Gus Dur dan Mandela. Juga ensiklopedia geografi, flora dan fauna. Sains populer semacam "A Brief History-Stephen Hawking. Termasuk juga buku motivasi atau filsafat. "Buku-buku tersebut bagi saya punya daya tarik yang kuat, walau kadang masih suka sa anggap remeh." Ketika buku-buku seperti itu dia dapatkan, dan baca barulah terasa bahwa "buku itu penting".

Ada satu buku yang sedang dibacanya secara mendalam, buku itu berjudul "Meregenerasi Manusia Asmat". "Bekerja di Kota Asmat, menjadi salah alasan saya ingin membaca banyak buku atau referensi yang bercerita tentang sejarah dan dasar kehidupan masyarakat kota papan ini. Terutama dari aspek pendidikan dan pemberdayaan manusianya." Ungkapnya. Dan buku-buku semacam itu tidak banyak, salah satunya adalah buku yang sedang dibacanya itu. Dengan buku tersebut, ada cukup banyak informasi dasar yang diperolehnya untuk lebih dekat dan memahami bagaimana memposisikan diri ketika berada di antara kekhasan masyarakat Asmat serta memahami dasar-dasar kebutuhan masyarakat Asmat di bidang pendidikan.


Membaca buatnya adalah laku yang sangat personal, dan itu sebabnya perlu memastikan bahwa apa motif diri, kenapa "saya harus membaca"? Karena menurutnya, semakin ke sini, membaca dimaknai sebagai ajang "pamer," semata. Makin banyak buku yang dikoleksi atau seolah dibaca, hanya untuk pemenuhan konten media social. Bukan berarti tak boleh, tetapi pastikan bahwa membaca buku menjadi salah satu kebutuhan untuk meminimalisir banyaknya minat baca yang kurang, meminimalisir konflik-konflik yang terjadi di lingkungan sekolah, kerja atau masyarakat pada umumnya. Atau membaca menjadi pintu masuk berkarya nyata nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun