Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Fasilitator, penulis dan penggerak literasi. Mengelola inisiatif literasi, pengembangan kapasitas diri dan perpustakaan anak. Surel dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Iain Elabo Wilson : Kisah Petualangan Bersama Buku dari Ninia-Papua

8 Desember 2021   11:20 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:27 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Iain Elabo Wilson

He who learns must suffer. And even in our sleep pain that cannot forget, falls drop by drop upon the heart,
and in our own despite, against our will, comes wisdom to us by the awful grace of god. - Aeschylus, Agamemnon

Ia bernama Iain tapi di kampung dipanggil 'Elabo', berasal dari Inggris tapi lahir di antara gunung di pedalaman Papua, kampung Ninia, tahun 1975. Orang tuanya adalah misionaris, yang masuk ke daerah sana tahun 1969. Beberapa tahun kemudian sebelum bersekolah, mereka berpindah ke kampung Holuwon dan dirinya besar di sana.

Dalam percakapan melalui surat elektronik, saya berkesempatan mewawancarai Kaka Iain Elabo Wilson. Semoga sobat berkenan membaca cerita ini.

**

Karena di kampung tidak ada sekolah, maka saya dikirim ke Sentani dan bersekolah di sekolah International berpola asrama yang hanya pulang ketika natal dan "summer" yaitu Juni sampai bulan Agustus. Ketika saya masuk SMA orang tua memutuskan untuk "pulang kampung" jadi kami pun pulang ke Inggris.

Satu tahun kemudian kami berpindah ke Kanada di mana saya kuliah di sana. Tapi rasanya hati saya masih tertinggal di Papua, jadi tahun 1999 saya pamit dengan keluarga dan "pulang kampung ke Papua" - sampai dengan sekarang tinggal di Papua bersama istriku tercinta Selvy (yang berdarah setengah Batak-setengah Papua) dan 5 anak kami.

Waktu kecil dan masih di kampung Ninia/Holuwon, tidak ada listrik, tv, radio apalagi internet. Tapi kami punya buku-buku.

Jadi setiap malam, setelah main di luar sepanjang hari, atau setiap hari yang hujan deras, kami membaca buku-buku. Di sekolah pun sama. Sebab kami di daerah terpencil dan tidak bisa ke mana-mana maka buku menjadi pintu ke dunia luar dan dunia lain.

Di atas gunung di Papua saya bisa mengunjungi Inggris, Amerika, Afrika....saya bisa ke zaman kuno atau ke zaman di masa depan....bisa bertemu raja, kaisar, pahlawan, peri, dewi/dewa, dan mahluk-mahluk ajaib. Pokoknya, kuncinya hanya imajinasi.

Di samping itu, ternyata ada manfaat lain. Yakni, membaca buku tidak hanya menghasilkan kesenangan tetapi pengetahuan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun