Perahu Katinting: Transportasi Tradisional Kearifan Lokal Indonesia
Perahu katinting, atau ketinting, adalah salah satu alat transportasi tradisional yang sangat populer di Kalimantan dan beberapa wilayah pesisir Indonesia. Perahu ini dikenal karena kemampuannya menjelajahi sungai-sungai besar maupun lautan dengan efisien dan tangguh. Katinting umumnya terbuat dari kayu, dengan ukuran standar sekitar 11 meter panjang dan 60 cm lebar.[1] Perahu katinting adalah jenis perahu tradisional bermotor yang banyak digunakan oleh masyarakat Kalimantan, khususnya di daerah pedalaman dan pesisir sungai. Nama "katinting" merujuk pada suara khas mesin tempel yang digunakan untuk menggerakkan perahu ini. Ditenagai oleh mesin motor kecil yang dipasang di bagian belakang, dengan poros panjang dan kipas yang menyerupai ekor ikan untuk menggerakkan perahu. Terbuat dari kayu lokal seperti ulin atau meranti, yang tahan terhadap air dan cuaca tropis.
Â
Dilengkapi dengan mesin kecil (biasanya mesin bensin 5–10 PK) yang dipasang di bagian belakang.[2] Dengan poros panjang dan baling-baling di ujungnya. Ukurannya bervariasi, mulai dari 4 hingga 11 meter, tergantung fungsi dan kapasitas angkut. Beberapa versi katinting, seperti yang digunakan di Teluk Kiluan, dilengkapi dengan katir (cadik) di kedua sisi untuk menjaga keseimbangan saat menghadapi ombak.[3]
Â
Di Kalimantan, katinting digunakan sebagai transportasi utama untuk menyeberangi sungai-sungai besar seperti Sungai Kapuas.[4] Digunakan sebagai alat transportasi utama di daerah yang sulit dijangkau kendaraan darat, seperti sepanjang Sungai Kapuas dan Mahakam. Berperan penting dalam aktivitas ekonomi masyarakat, seperti mengangkut hasil pertanian, perikanan, dan barang dagangan.
Dalam beberapa daerah, katinting juga digunakan untuk wisata sungai dan lomba perahu tradisional.Di wilayah pesisir seperti Kiluan, Lampung, dan Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi dan beberapa daerah lainnya. Katinting dimanfaatkan untuk kegiatan wisata seperti pengamatan lumba-lumba dan penyeberangan antar pulau. Â Di Berau, Kalimantan Timur, katinting juga digunakan untuk menjelajahi jeram sungai dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal.
Perahu katinting termasuk dalam jenis perahu jukung, yang tersebar di berbagai daerah Indonesia. Perahu ketinting ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di pesisir dan perairan sungai, dengan ciri khasnya sebagai alat transportasi dan perahu nelayan. Perahu ini populer di Kalimantan (terutama Banjar, Berau, dan pesisir Kalimantan Timur), Sulawesi Selatan (termasuk dalam lomba balap di Danau Matano), Lampung (terutama di Teluk Kiluan), serta di pesisir Sumatera dan Gorontalo. Â Meskipun bentuk dan teknik pembuatannya bisa berbeda-beda, katinting tetap menjadi simbol kearifan lokal dalam menghadapi tantangan geografis dan alam. Mesin katinting sering kali dimodifikasi oleh masyarakat lokal agar sesuai dengan kondisi sungai yang berarus deras atau dangkal. Keahlian dalam merakit dan memperbaiki mesin ini menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Ini juga yang menjadikan perahu katinting menjadi daya Tarik wisata dan kearifan lokal yang diletsraikan oleh Kabupaten Lamandau.
Lomba Perahu Katinting di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, pertama kali diadakan di Desa Kujan, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau. Lomba yang pertama diadakan pada Juni 2025, di Sungai Lamandau, Kabupaten Lamandau. Sedangkan Lomba yang kedua akan diadakan bulan Oktober 2025 ini, dengan Nama  Lomba Perahu Katinting Chapter I Bupati Cup.