Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Biaya Kuliah di Australia yang Super Mahal Sesuai Kualitasnya

3 Agustus 2022   19:57 Diperbarui: 4 Agustus 2022   09:53 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kuliah di luar negeri| Dok Pexels.com/Yan Krukov via Kompas.com

Belakangan ini LPDP tengah disorot karena ada alumninya dipergunjingkan di media sosial. Si alumni tidak mau segera kembali ke Indonesia ketika sudah selesai studinya. Padahal LPDP sudah mewanti-wanti para alumni untuk segera kembali dan berkarya di tanah air. Si alumni habis-habisan 'dikeroyok' oleh netizen. Dicap sebagai pengkhianat negara dan seterusnya.

Seringkali kita mengukurkan atau memaksakan pemikiran kita ke orang lain. Menghakimi orang lain tanpa mencari tahu lebih banyak. Dulu saya pernah studi di Jerman sekitar tahun 2008. 

Salah satu pembimbing thesis saya adalah orang Indonesia yang sedang postdoctoral di sana. Kuliah di kampus saya juga sebelumnya. 

Dia bercerita bahwa sebetulnya jika bisa memilih, dia ingin sekali pulang dan bekerja di Indonesia saja. Namun, ada pertimbangan lain. Satu anaknya mengidap sakit yang penanganannya belum bisa di Indonesia. Belum lagi jika harus kembali ke Indonesia, maka biaya rumah sakit tidak ditanggung oleh asuransi. 

Biaya pengobatan akan mahal jika harus ditanggung sendiri. Selama ini, asuransi di Jerman menanggung biaya perawatannya yang tidak kecil. Akhirnya, meski studi sudah selesai, mereka harus merelakan tinggal lebih lama di Jerman demi bisa memberikan perawatan terbaik untuk si anak.

Apa yang saya mau katakan adalah menghakimi orang lain bukan hal bijak. Apalagi anda bukan hakim. Hehe. 

Kita tidak benar-benar tahu apa yang mereka alami. Perjuangan seberat apa yang mereka sedang hadapi. Bisa jadi ada keluarga di tanah air yang harus dibantu secara finansial. Misalkan sedang sakit. Atau terbelit hutang yang harus dibayar. Atau membiayai sekolah adiknya. 

Dan banyak tanggungan lainnya yang tidak mungkin mereka ceritakan. Akhirnya mereka rela kerja kasar demi mengumpulkan uang. Sesuatu hal terjadi karena ada penyebab, bisa alasan privasi, dan belum tentu hal itu nyaman disampaikan ke ruang publik. 

Saya pribadi tidak berani men-judgje bahwa si alumni itu bersalah secara serta merta. Namun, saya sepakat bahwa alumni LPDP harus semaksimal mungkin mengabdi untuk Indonesia. 

Jika memang ingin memastikan semua awardee-nya pulang, sebetulnya pengelola LPDP mungkin bisa meniru Australian Award Scholarship yang menerapkan visa tidak bisa diperpanjang melewati masa studi. 

Dengan demikian tidak lagi ada ramai-ramai di media sosial. Lebih baik energi kita habiskan untuk memikirkan kebaikan ketimbang mencaci maki di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun