Mohon tunggu...
David Djoko Priyono
David Djoko Priyono Mohon Tunggu... Pensiunan BUMN

30 tahun bekerja sangat serius sebagai Pengelola Kantor Operasional Bank BUMN, saat ini menikmati hidup dengan bekerja di suatu Lembaga Nir Laba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revisi Ritual Indonesia Raya, Demi Rasa Khidmad.

1 Agustus 2025   16:10 Diperbarui: 1 Agustus 2025   16:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak Presiden Prabowo Subianto mulai menjabat, semangat kebangsaan digelorakan lewat kebijakan simbolik: memutar lagu Indonesia Raya setiap hari pukul 10 pagi di kantor-kantor pemerintah dan BUMN. Sebuah kebijakan yang patut diapresiasi karena menumbuhkan kesadaran nasionalisme dan penghormatan terhadap simbol negara.

Saya pun menjadi bagian dari ritual itu. Sebagai pekerja BUMN saat itu, setiap pukul 10 pagi saya berdiri tegak, mendengarkan dan kerap ikut menyanyikan lagu kebangsaan. Awalnya, suasananya khidmat. Ada rasa bangga dan haru yang menyelinap di dada. Tapi seiring waktu, seperti halnya rutinitas yang diulang terus-menerus, rasa itu perlahan luntur. Lagu kebangsaan yang seharusnya sakral, mulai terasa seperti pengisi waktu semata.

Ironisnya, rasa haru dan hormat itu justru kembali hadir saat saya tidak lagi menjadi pegawai BUMN. Pada sebuah acara workshop LAPS SJK, kami membuka kegiatan dengan menyanyikan Indonesia Raya. Dalam suasana yang tidak rutin, tidak otomatis, dan penuh kesadaran, saya kembali merasakan getaran yang dulu menggetarkan dada. Saat itulah saya sadar---hikmat lahir dari kesadaran, bukan keterpaksaan.

Karena itu, saya ingin menyampaikan satu usulan sederhana:
Revisi frekuensi penyanyian lagu Indonesia Raya di lingkungan Pemerintah dan BUMN, dari harian menjadi mingguan.

Pilihannya? Setiap hari Jumat.
Kenapa Jumat? Karena 17 Agustus 1945---hari bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya---jatuh pada hari Jumat. Ada nilai simbolik dan sejarah yang kuat. Dengan menjadikan Jumat sebagai Hari Nasionalisme Kantor, kita menjaga kehikmatan lagu kebangsaan dan mengembalikan maknanya yang sesungguhnya.

Bayangkan, setiap Jumat pagi, seluruh ASN dan pekerja BUMN berdiri tegak menyanyikan Indonesia Raya. Bukan karena alarm jam 10 berbunyi, tapi karena hari itu adalah momen perenungan---mengenang perjuangan, menyalakan semangat melayani negeri, dan menyatukan langkah sebagai bagian dari Indonesia.

Kita tidak sedang mengurangi rasa nasionalisme. Justru kita ingin memulihkan kualitasnya. Hikmat tak bisa dipaksa lewat repetisi. Ia tumbuh lewat penghayatan.

Mari kita jaga makna Indonesia Raya. Bukan dengan mengulang-ulangnya tanpa rasa, tapi dengan menyematkannya dalam momen yang benar-benar berarti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun