Deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres oleh Partai Nasdem belum juga masuk finalisasi pembentukan koalisi dan penetapan pigur calon wakil presiden pendamping Anies Baswedan.
Kesepakatan koalisi yang terkatung-katung oleh ketiga partai, terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, setiap hari menimbulkan alur cerita panjang, berubah-ubah, penuh ketegangan, dan mengharukan bagaikan cerita bersambung sinema elekronik (Sinetron).
Para pelakon yang terdiri dari elit masing-masing partai sering bersitegang, adu argumen, bahkan saling sindir lewat media massa, tak ubahnya bagaikan memperebutkan sesuatu mempertaruhkan nyawa, hidup atau mati, oleh karena harus berlakon penuh ketegangan.
Padahal dari kalangan internal mereka sendiri mengatakan pola koalisi harus berlandaskan "Equal Partnership", mengutamakan kesetaraan, semua mitra koalisi memperoleh perlakuan yang sama, dan memiliki peluang yang sama.
Tapi realitanya, lewat media mereka sendiri mempertontonkan lakon memberi pesan ke publik sepertinya mereka sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Menjadi tanda tanya, Â kenapa tidak ada upaya yang jelas dari sesama elit partai untuk meredakan ketegangan itu, bakan terkesan perdebatan sengit diantara sesama mereka justru dibiarkan jadi konsumsi empuk dan renyah media massa, baik media mainstream maupun media sosial ?
Hal itu merupakan sebuah pertanyaan sekaligus jadi jawaban, karena sejak awal deklarasi Anies Baswedan oleh Partai Nasdem dilakukan sendirian, belum ada kejelasan kecukupan presidential threshold, serta terkesan dilakukan terlalu dini, dilakukan memang sebagai langkah "curi start", cari perhatian, serta sebagai upaya menjadikan Anies Baswedan sebagai "Media Darling". Dalam hal itu Partai Nasdem lewat Media Group berfungsi sebagai "News Maker" memproduksi isu - isu yang diharapkan viral untuk meningkatkan popularitas Anies Baswedan.
Selaras dengan hukum simbiosis mutualisme, popularitas Anies Baswedan diharapkan akan menular mengangkat popularitas dan elektabilitas partai Nasdem. Untuk mencapai tujuan itu, Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem memiliki modal dan kemampuan besar karena merupakan pemilik Media Group, sebuah jaringan korporasi media salah satu terbesar di Indonesia saat ini.
Oleh karena itu, drama bersambung pencapresan Anies Baswedan akan terus disuguhkan sebagai tontonan publik, dan diharapkan jadi pusat perhatian atau topik berita headline setiap hari.
Karena itu Partai Nasdem sejak awal dapat dilihat secara kasat mata, mempertontonkan lakon yang sesungguhnya tidak ingin mengutamakan pembentukan koalisi dan finalisasi pasangan wakil capres Anies Baswedan.