Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resi: We must to beyond tolerance

5 Januari 2023   10:14 Diperbarui: 5 Januari 2023   11:14 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesan toleransi dari pulau Dewata (Kompas.com)

Agama dan ideologi seringkali berubah menjadi kepercayaan buta yang mempersempit pemikiran sehingga orang lain yang berbeda dianggap sebagai musuh.

Ada yang memahami ajaran agama secara semu, lalu memutlakkan keyakinanannya dan menganggap yang lain salah. Siapa yang berbeda harus dikucilkan, bila perlu dilenyapkan dari bumi ini. Itulah praktek agama yang semu.

Kadang kita hanya beragama tetapi kurang beriman. Orang yang beriman selalu mencintai Tuhan dan sesamanya. Orang yang beriman tahu bertoleransi dan menghargai yang lain walau berbeda.

Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, bahkan menambahkan bahwa toleransi saja belum cukup. We must to beyond tolerance. Orang mesti melangkah melebih toleransi, dan langkah itu adalah menjalankan kasih.

*)Resi: Refleksi Singkat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun