Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Pendekatan Artistik dan Kelebihannya dalam Supervisi Pengajaran

19 September 2022   15:31 Diperbarui: 19 September 2022   15:47 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan supervisi di dalam kelas (Sumber: ainamulyana.com)

Dalam sudut pandang pendekatan artistik, kesuksesan pengajaran tidak dapat dipandang dari: beberapa kali kali seorang guru memberikan penguat kepada siswanya, berapa banyak guru memberikan contoh dalam mengajarnya, dari mana inisiatif bertanya para siswa itu berasal. Tidak semua pertanyaan yang berasal dari guru, akan selalu lebih jelek dibandingkan dengan pertanyaan yang berasal dari inisiatif siswa.

Pendekatan artistik justru mempersoalkan, apakah penguat yang diberikan tersebut benar-benar tepat, sehingga secara nyata benar-benar memperkuat. 

Demikian juga soal bertanya, menjadi tidak perlu dipersoalkan, hanya karena yang harus selalu dilihat sebagai indikator keberhasilan pengajaran sesungguhnya bukan berasal dari mana asalnya, siapa yang lebih dahhulu berinisiatif. 

Adanya toleransi untuk memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan sesuatu (termasuk bertanya, menyuruh, atau memberikan kesempatan orang lain untuk mempertanyakan) adalah sifat terpuji, yang juga kalah penting untuk dikembangkan dalam pengajaran.

Kesalahan komposisi

Kesalahan komposisi (fallacies of compotition) dapat dilihat dari kenyataan, bahawa kualitas pengajaran lebih dilihat dari penjumlahan skor dari yang dihasilkan oleh variable-variabelnya. Variabel-variabel tersebut, dijabarkan ke dalam sub variabel-variabel dan idikator-indikator. Dalam indikator-indikator disini, lainnya diberi skala 1 sampai dengan skala 10 atau sesuai dengan kebutuhan (sebab bisa jadi 7,5 atau 4).

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: jika guru ternyata supervisor atau mendapatkan skor tinggi dalam suatu variabel, sub variabel atau indikator tertentu, sementara mendapatkan skor yang sangat rendah pada variabel, sub variabel dan indikator yang lain. 

Dapatkah misalnya, jika guru tersebut timpang dalam perolehan skornya (dalam suatu variabel tertentu sangat tinggi sementara dalam variabel yang lain sangat rendah), dikatakan sebagai berhasil, hanya karena dalam jumlahnya skor tersebut berada diatas standar.

Dalam sudut pandang pendekatan artistic, penjumlahan masing-masing variabel pengajaran, sub variabel dan indicator-indikator tersebut, dipandang tidak tepat, jika dijadikan sebagai bahan untk menyimpulkan keberhasilan atau kesuksesan pengajaran. Komposisi masing-masing variabel, sub variabel dan indicator yang skornya rata-rata tinggi, tidak selalu menunjukkan baiknya atau berhasilnya pengajaran.

Dalam memandang pengajaran, pendekatan artistik tidak menaruh perhatian pada tingginya skor masing-masing variabel, sub variabel dan indikator pengajaran, melainkan pada kecocokan dan ketepatan komposisinya. Guna mengetahui kecakapan komposisi ini, sangat sulit dilakukan, jika supervisor tidak melibatkan diri secara penuh dalam pengajaran yang sedang berlangsung. 

Ketepatan komposisi ini tidak berurusan dengan soal banyak dan sedikitnya skor masing-masing variabel, sub variabel atau indicator pengajaran, mealinkan pada soal cita rasa pelaku pengajaran (dalam hal ini adalah guru), yang lebih banyak tahu tentang pengajaran yang ia lakukan.

Jika supervisor ingin mengetahui apakah komposisi setiap variabel sudah tepat, tidak dengan cara menjumlahkan skor masing-masing variabel, sub variabel atau indikatornya, melainkan dengan cara menghayati, berusaha terlibat sepenuhnya dalam kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru.

Kesalahan Pengkongkritan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun