Baru-baru ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria, Afrika Selatane (Afsel) bekerja sama dengan Perpustakaan Bodibeng dan Kgwebong Consultingmenyelenggarakan kegiatan "Seminar on Township Economy: Lessons from Indonesia Experience." Acara diselenggarakan di Perpustakaan Bodibeng, TownshipSoshanguve, Propinsi Gauteng, Afrika Selatan, pada 21 Februari 2019.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan guna memperingati 25 tahun kerja sama bilateral RI-Afrika Selatan, sekaligus perayaan 20 tahun berdirinya Perpustakaan Bodibeng.
Sudah tentu acara UMKM di Afsel ini mengingatkan pertemuan saya ketika diselenggarakan seminar nasional UMKM di Kementerian Perekonomian RI, Jakarta. Saya membahas mengenai UMKM di Depok dengan judul makalah: "Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Depok di Era Globalisasi" pada 3-4 Juli 2013.
Depok yang penganggurannya meningkat pada tahun 2013 itu sempat sempat saya pertanyakan di dalam makalah saya. Apakah ada kaitan dengan fungsi UMKM yang salah satunya mengurangi kemiskinan? Mengapa terjadi demikian? Saya menegaskan globalisasi tidak mampu kita bendung, dan jalan satu-satunya agar produk impor tidak terlalu mendominir produk buatan bangsa sendiri yaitu memperkuat UMKM. Buat saya, ini sekedar mengingatkan UMKM di Indonesia itu sangat penting digalakkan di era globalisasi sekarang ini.
Akan halnya seminari di Afsel baru-baru ini, juga menghadirkan narasumber dari KBRI Pretoria dan pelaku usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Afsel yang pernah mendapatkan pelatihan capacity buildingdi Indonesia.
Para peserta menyambut positif kegiatan yang telah menambah wawasan dan memberikan kesempatan untuk membangun jejaring usaha. Hadir dalam acara dimaksud para pelaku usaha UMKM lokal yang bergerak di bidang garmen, kebutuhan rumah tangga dan event-organiser.
Dengan paparan yang bersifat teknis, para undangan mendapatkan practical tips dari paranarasumber. Pejabat Fungsi Ekonomi KBRI Pretoria, Bapak Abdul Gafur, dalam kesempatan dimaksud menyampaikan paparan mengenai good practices Pemerintah RI dalam menciptakan iklim usaha yang mendukung pengembangan UMKM dalam negeri.
"Pemerintah menjadi fasilitator dalam pengembangan industri kecil dan menengah. Di antara kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah, antara lain, penyederhanaan ijin usaha, penurunan suku bunga pinjaman, relaksasi pajak, pemberian akses pasar, dan standarisasi produk" demikian disampaikannya.
Sedangkan pembicara kedua, Mr. Sello Motsei, menceritakan pengalamannya secara langsung melihat pengembangan usaha UMKM di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pada tahun 2014 lalu, Pemerintah Kota Tasikmalaya dan KADIN mengundang Mr. Motsei sebagai wakil pengusaha Afsel untuk membuat film dokumenter mengenai peran UMKM di Indonesia.
"Kunci sukses UMKM bertahan di Indonesia bukan saja kemandirian para pengusaha kecilnya, tapi juga budaya saling tolong-menolong di masyarakat" demikian penjelasan Mr. Motsei yang meyakini nilai-nilai tersebut berperan besar dalam pengembangan UMKM di Indonesia.
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif. Beberapa pengusaha lokal yang hadir bertanya lebih lanjut bagaimana dapat meningkatkan kerja sama demi pengembangan usahanya. Pengusaha garmen di Soshanguve misalnya, bertanya mengenai pengadaan kain batik yang berkualitas bagus dengan harga bersaing dari Indonesia.