Prof Drs Lafran Pane (alm), tokoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan, 10 November 2017. Keluarga besar HMI dan alumninya menyambut gembira penyematan tokoh HMI ini sebagai Pahlawan Nasional, termasuk saya yang pada tahun 1977-1978 menjadi Sekretaris I HMI Cabang Jayapura dan tahun 1980-1981, Ketua Umum Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI) HMI Cabang Padang.
Pada hari Rabu, 9 Maret 2011, pukul 00.15, WIB, saya menerima pesan singkat dari mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI Ahmad Zacky Siradj bahwa Achmad Tirtosudiro telah wafat. Sekilas memang tidak ada kaitan antara alur cerita tentang Lafran Pane dengan Achmad Tirtosudiro yang biografinya saya selesaikan bersama Ahmad Zacky Siradj dan Toto Izul Fatah.
Buku setebal 489 halaman yang diterbitkan PT Intermasa tahun 1992 itu memperoleh sambutan hangat di kalangan masyarakat umumnya, dan khususnya di kalangan anggota HMI dan Korps Alumni HMI (KAHMI).
Kaitan dengan Lafran Pane terdapat di buku "Kenangan 70 Tahun Achmad Tirtosudiro," yang kami tulis. Pada halaman 362 buku itu terdapat tulisan Ahmad Dahlan Ranuwihardjo yang semasa hidupnya selain dikenal sebagai tokoh HMI, ia juga adalah pakar Hukum Tata Negara. Ditegaskan oleh Ahmad Dahlan Ranuwihardjo, bahwa yang memimpin rapat pendirian HMI adalah Lafran Pane (hal 362).
Tetapi, pada hemat Ahmad Dahlan Ranuwihardjo (hal 363), pada hemat saya, ujarnya, yang amat relevan dalam penulisan Sejarah HMI adalah menelusuri setelah berdirinya HMI tanggal 5 Februari 1947 di Kampus STI (Sekolah Tinggi Islam) yang dulu kampusnya menempati kompleks "klooster" (wisma rohaniawan/rohaniawati Katolik) yang terletak di Jalan Secodiningrat di deretan Kantor Pos Yogyakarta.
Sebulan setelah HMI berdiri, di halaman 364, Ahmad Dahlan Ranuwihardjo menyimpulkan, dapatlah dibayangkan, ujarnya, jika eksistensi HMI kurang signifikan, khususnya di kalangan dunia mahasiswa. Karena yang dipandang sebagai kampus elit pada tahun 1947 itu adalah Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Tinggi Teknik (STT).
Lafran Pane memahami hal ini. Beliau secara ikhlas menyerahkan tongkat HMI kepada Mintaredja, mahasiswa STT demi mengembangkan HMI di Gajah Mada dan STT sendiri. Pergantian kepengurusan HMI terjadi pada akhir Agustus 1947, Mintaredja menjadi Ketua, sedangkan Lafran ikhlas menjadi Wakil Ketua.
Dilihat dari Sejarah HMI, banyak tokoh HMI yang awal mulanya berjasa dalam mengembangkan HMI yang semula tidak berkembang. Perlu pula dipikirkan peran Achmad Tirtosudiro yang pada waktu itu kuliah di Gajah Mada.