Mohon tunggu...
Dash Bolz
Dash Bolz Mohon Tunggu... -

Masih newbie mangap jika ada tulisan yang tidak berkenan. Salam Kenal semuanya. Thanks buat semua yang sudi mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kangen Ibu

22 Juli 2014   20:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:34 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pinterest.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="225" caption="http://www.pinterest.com/"][/caption]

Surga itu tak ada dihari Raya Idul Fitri tahun ini dan tahun  tahun berikutnya. Ibu Aku Kangen Ibu…menjelang hari hari terakhir di Puasa Ramadhan ini aku Kangen Ibu. 40 hari ditinggalkan ibu serasa ribuan waktu buatku bahkan mungkin jutaan tahun dibenakku bu. Aku kangen dibelai ibu, dicium dan mencium  ibu….aku kangen bu… Serasa ada yang kurang hari hariku tanpa ibu. Pagi hari tak ada tangan yang kucium ketika pergi bekerja aku ingin mencium tanganmu sambil memelukmu. Aku kangen pelukan hangatmu bu. Didunia ini tak ada yang bisa membuatku meneteskan airmata bu, dan ibu tahu itu sesusah apapun keadaan aku berusaha tak mengeluh dan cengeng. Satu satunya makhluk didunia yang bisa membuatku menangis hanyalah ibu. Ketika ibu sakitpun aku berusaha tegar dihadapan Ayah agar dapat berlapang dada atas penyakit yang diderita ibu. Tapi kini bu ….Aku merasa salah satu sayap pelindungku tak ada. Aku kangen kasihmu bu…Seorang Ustadz ditelevisi berkata kasih ibu sepanjang masa bahkan seorang ibu rela memberikan nyawanya untuk anaknya. Tetapi seorang anak belum tentu mau memberikan nyawanya untuk ibunya.  Dari awal aku berkata seandainya penyakit ibu bisa diangkat dan ditukar dengan nyawaku aku rela dan ikhlas bu…..Aku tak ikhlas jika ibu meninggalkan ku kala itu bu.  Hingga seorang teman menyadarkan kekeliruanku itu dan bilang bahwa aku harus ikhlas melepasmu bu, Karena sepertinya ibu memang menunggu keikhlasanku untuk pergi dari dunia ini. Sehari menjelang kematianmu sebelum pergi kerumah sakit aku berpesan pada adik agar merapikan rumah takut ada keramaian dirumah nanti. hal itu membuat adikku mengucap istighfar, Jangan mendahului kehendak Allah….Entahlah saat itu aku merasa sebentar lagi ibu akan meninggalkanku. Sesampainya dirumah sakit aku dan ayah membaca surat yasin secara bergantian disamping ibu yang sudah koma selama seminggu.  Menit menit terakhir handai taulan dari jauh mulai berdatangan. Lima menit terakhir Aku membisikkan syahadat ditelinga kiri ibu, Ayah membisikkan Laa ilaa ha illallaah ditelinga kanan ibu, sementara abangku mengucapkan Allahu akbar diwajah ibu. Kubisikkan kalimat “ Bu dulu aku tak ikhlas jika ibu pergi, tapi jika ibu tak kuat…aku rela dan ikhlas bu sekarang aku ikhlas, ibu bisa pergi bu…beberapa detik kemudian hanya dengan tiga tarikan nafas ibu pergi meninggalkanku dengan indah. Kematian ibu itu membuatku iri  dan tak takut menghadapi kematian jika suatu saat Malaikat Izrail akan menjemputku kelak.  Karena kematian itu akan dialami oleh semua makhluk yang hidup dan Allah berhak mencabut kapanpun dan dimanapun sesuai kehendaknya. Ayah yang selama 32 tahun mendampingi ibu menangis meratapi kepergian ibu. Mataku berkaca kaca ingin rasanya menumpahkan airmata seperti ayahku tapi aku tepuk pundak ayahku sambil memeluknya dan bersikap seolah olah tegar“ Ibu sudah tenang yah…

Allah sayang ibu…dosa ibu terhapus karena sakit yang dideritanya. Dan meninggal dihari baik yaitu hari jum’at” perlahan lahan ayahku juga mencoba tegar mendengar ucapanku itu. Ya aku tetap bersikap tegar aku kecup kening jasad ibuku. Aku membelai rambutnya, aku menjaga jasadnya diambulance dalam perjalanan pulang kerumah. Aku tidur disisi jasadnya, aku ikut memandikannya, aku antarkan jasad ibu kepemakaman. Tetap aku berusaha tegar bu. Tapi malam pertama ketika aku sadar ibu tak ada, ketika sadar ibu benar benar tak ada sesungguhnya aku menangis bu…tembok ketegaranku hancur bu…maafkan aku bu….dan kini aku kangen ibu lagi. Ingat ketika kita menjalankan puasa sunah ibu bersikeras menungguku pulang untuk buka bersama. Aku kangen ibu. Yang selalu bertanya kaka mau apa? Mau makan apa?, mau dibelikan apa? Karena sedari kecil aku bukan type anak peminta dan penuntut sesuatu hingga ibuku sering bertanya seperti itu padaku. “ Kaka ayo makan udah malam dari pulang kerja belum makan nanti takut sakit” kini tak ada lagi suara itu bu “ kaka buruan bangun sahur nanti takut keburu imsak” Kini aku yang sibuk menyiapkan makanan sahur dan berbuka bu. “Kaka baju kerjanya ko itu lagi itu lagi…ibu udah beliin tuh baju ganti” Ya Allah…ibuku sampai begitu perhatian sekali denganku. Bagaimana aku tidak kangen sama ibu??? “Udah…jangan belanja bulanan banyak banyak nanti takut gaji kaka habis, tabung aja gaji kakak”…Ibu…aku bingung…setelah kematianmu tak ada lagi sosok yang menerima gajiku.  Bagaimana mungkin aku tidak kangen ibu? Kubaca Al Fatihah setiap sholat untuk ibu, tapi bagaimana mungkin aku tidak kangen ibu? Dan ketika aku tersadar bahwa sebentar lagi Idul Fitri bagaimana mungkin aku tidak kangen ibu?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun