Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi sebagai Kanker Stadium Empat Sudah Berlalu

5 Desember 2018   06:26 Diperbarui: 5 Desember 2018   08:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN)  adalah kosa kata kosa kata yang sangat akrab di sekitar era reformasi di tahun 1998. KKN, adalah gambaran pelanggaran yang dilakukan oleh rezim Orde baru yang sifatnya sistemik. KKN pada era Orde Baru digambarkan menggurita dengan tentakel yang menjulur kian kemari, JIka diumpamakan kankera, maka kondisi kanker yang sudah menyebar kian kemari (metaplasia) adalah kanker stadium empat (4). Itulah gambaran tepat terkait korupsi,kolusi dana nepotosme oleh rezim orde baru yang bercokol selama 32 tahun.

Korupsi ORBA terkait dengan APBN, digambarkan sangat luar Biasa. Anggaran sejak Prof Soemitro (Soemitro Djojohadikusumo-mantan Menkeu) kerap mengalami kebocoran 30-40 persen. Anggaran itu sistemnya membuka peluangnya terjadi penyimpangan antar departemen

Bayangkan berapa ribu triliun yang ditilep oleh ORBA selama berkuasa 32 tahun. Kanker stadium 4 itu pun sangat laten, tidak nampak ada penangkapan koruptor pada era ORBA semua seakan TST ngembat uang haram itu.

Operasi besar kanker stadium 4 korupsi Indonesia terjadi pada tahun 1998 dimana berbagai penyimpangan ORBA diamputasi oleh gerakan reformasi. Apa yang disebut sebagai KKN (korupsi, kolusi dan Nepotisme) ORBA dan kroninya diharapkan dapat dilenyapkan

Harus diingat, bahwa salah satu amanah reformasi adalah menghapuskan KKN. Oleh karenanya di era reformasi ini nampak greget memberantas KKN dimana salah satunya adalah korupsi. Oleh karenanya muncullah penangkapan penangkaoan, pengadilan, pemenjaraan para koruptor hingga sekarang.

Hal itu bukan berarti saat ini korupsinya hebat, tetapi harus diakui bahwa pemberantasan korupsi makin menunjukan hasil, Sedang kanker stadium 4 korupsi Indonesia yang laten dan menjalar ke seluruh aspek kehidupan (metaplasia) telah terlewati dengan operasi besar reformasi. Karena sebaran akar akar korupsi yang tinggalkan ORBA begitu dalam dan sistemik, selama 32 tahun, kita harus akui semua akar korupsi masih harus ditelateni diangkat terutama oleh para reformis. Apalagi di bidang birokrasi, dimana rekruitment dulu berdasar nepotisme, diperlukan waktu yang lama hingga hasil rekuitment yang bersih memegang kendali. 

Krusialnya adalah, diaspora kader kader dan kroni ORBA yang berganti baju dan membawa benih benih korup menjamah kemana mana, dan dengan kelicikannya terus menebar virus korup dalam segala bentuknya, termasuk dengan memutar balikkan fakta yang ada. Bahkan secara politis kekuatan ORBA makin nyata ingin kembali comeback sejak 2 pemilu lalu. Dan "Enak jamanku toh" seakan menjadi pemikat luar biasa, yang saat ini bergaung menggema.

Secara kasat mata sangat nampak dimana romantisme ORBA riil adanya, sudah semakin nyata dan tanpa tedeng aling aling berani sudah tidak nampak malu malu berbeda saat kita baru reformasi, berusaha berganti baju untuk menutupi jati diri, karena rakyat betul betul benci dengan sepak terjang ORBA.

Dalam catatan penulis , dinamika politik kita menuju pemilu 2019 bukan lagi berkontestanei muslim dan non muslim, tetapi berubah ke arah "mewujudkan romantisme ORBA" melawan "melanjutkan misi reformasi". Tragisnya, kekuatan reformis semakin dikurangi dengan kelicikan pengalaman, pesona kekuatan dana dari kader dan kroni ORBA sebaliknya, kader dan kroni ORBA semakin solid dengan mimpi mimpi basahnya untuk berkumpul bersama kembali.

Pertanyaannya adalah, masih adakah anak anak bangsa yang terus bertekad melanjutkan amanah reformasi ? Ataukah kita akan dengan mudah terseret oleh pesona romantisme ORBA yang kita tahu melakukan berbagai pelanggaran dalam kehidupan bernegara ? Tanjung Priuk, Petrus, Monoloyalitas, HAM dan KKN yang menggurita ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun