Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Para Perebut Tanah dan Air Indonesia

10 November 2017   16:37 Diperbarui: 10 November 2017   16:43 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

Hari ini, 10 November 2017, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Sosial mengambil tema "Memperkokoh Persatuan Membangun Negeri". Dalam amanatnya, Menteri Sosial Republik Indonesia Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan Indonesia dengan semangat persatuan dan aksi nyata menuntaskan pembangunan dengan diiringi sikap mental yang positif dan konstuktif. 

Hal itu sangat diperlukan guna menyongsong tren pergeseran global yang oleh jurnalis Gideon Rahman disebut sebagai era timurisasi. Dengan demikian, Asia ke depan akan dianggap sebagai kutub baru peradaban dunia. Oleh karenanya, persatuan Indonesia harus terus dirawat agar bisa menjadi kekuatan nasional bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan di dunia global.

Tiga hari sebelum peringatan Hari Pahlawan digelar oleh negara, di Bantul DIY peringatan itu sudah digelar. Acara itu sekaligus dalam rangka peringatan Tahun Baru Hijriah serta peringatan ulang tahun ke-19 Pondok Pesantren Rahmatul Umam asuhan KH. Muzammil. Pengajian tersebut dihadiri oleh kiai D Zawawi Imron, Emha Ainun Najib, dan segenap jajaran pemerintahan di kabupaten Bantul, serta jamaah maiyah Jogja.

Emha Ainun Najib dalam acara itu mengatakan, 10 November merupakan peristiwa merebut tanah air dari tangan orang asing. Sehingga, dalam konteks sekarang ini bisa dimaknai "yang bukan orang Indonesia jangan sampai menduduki Indonesia". 

"Sekarang orang asing boleh punya tanah di Indonesia, sedangkan dulu para pahlawan harus berkorban darah dan nyawa untuk mempertanahankan tanah airnya."

Padahal menurutnya, kemerdekaan manusia, lebih-lebih sebuah bangsa, itu secara mendasar bisa dilihat dari tiga hal. Yakni merdeka papan, sandang, dan pangan. Merdeka papan, artinya mereka mempunyai tanah untuk tinggal atau sebagai lahan untuk mereka bercocok tanam (memperoleh penghasilan). Merdeka sandang, artinya mereka mempunyai sesuatu yang dikenakan sebagai penanda atau identitas martabatnya. Sedangkan merdeka pangan, artinya mereka mempunyai sesuatu yang akan dimakan sebagai ikhtiar untuk melaksanakan tugas-tugas selama hidup di dunia. Sehingga apa yang terjadi hari ini sebenarnya sangat kontradiktif dengan apa yang dulu diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan.

Dalam kesempatan tersebut, Emha juga menyentil soal kebiasaan bangsa Indonesia dalam memandang sosok pahlawan. Menurutnya, selama ini bangsa Indonesia hanya terpaku pada sosok tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno, Bung Tomo, dan tokoh lainnya. Hal itu kemudian membuat lupa bahwa sebetulnya di sekeliling kita juga sosok-sosok pahlawan yang setiap hari berjihad untuk kemerdekaan hidupnya. 

"Mereka yang berjuang mempertahankan hidup, dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, adalah pahlawan juga."tegas Emha. 

Menyambung apa yang dikatakan oleh Emha,  kiai D Zawawi Imran, pada kesempatan itu kemudian menyebut bahwa ibu adalah sosok pahlawan yang paling dekat dengan kehidupan kita. Kiai Zawawi pun kemudian membacakan puisi "Ibu" karyanya dengan sangat menyentuh. 

Karena hanya mampu menenami jamaah sampai pada pukul 23.00. tak lupa kiai Zawawi juga berpesan kepada jamaah yang hadir agar hendaknya semangat cinta tanah air terus ditumbuhkan dalam benar rakyat Indonesia. Indonesia sudah memberikan terlalu banyak hal untuk kita.  Menjaga akal sehat, disebutnya sebagai suatu hal utama dalam menghadapi hidup yang serba dinamis ini.

Sekarang ini, kalau kita tidak pandai menjaga akal sehat, maka yang terjadi adalah permusuhan. Peperangan yang terus-menerus." pungkas kiai Zawawi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun