Mohon tunggu...
Darrel Rondo
Darrel Rondo Mohon Tunggu... CC'26

saya senang berpikir tentang berpikir dan juga tidur siang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ragam Rasa dalam Perlombaan Anak SMA

4 Oktober 2025   09:17 Diperbarui: 4 Oktober 2025   14:19 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bentuk keberagaman di Indonesia, Rumah Tongkonan khas Suku Toraja (Sumber: CNN Indonesia)

Mungkinkah keberagaman dipersatukan tanpa bias?

Sebuah masyarakat haruslah memiliki nilai-nilai pegangan yang dianut secara kolektif. Kemudian, nilai-nilai tersebut harus dijalani secara konkret oleh seluruh lapisan masyarakat. Kesepakatan dan ketaatan menjalaninya disebut oleh J.J. Rousseau sebagai kontrak sosial.

Indonesia adalah negara yang penuh dengan keberagaman. Berbagai kepercayaan, agama, dan filsafat di negeri ini dipersatukan oleh Pancasila. Secara spesifik, Pancasila menjadi ideologi nasional dan pandangan hidup bangsa sehingga merupakan sebuah kompas bertindak masyarakat Indonesia. Namun, sebuah pertanyaan kembali muncul: "Apakah Pancasila benar-benar mengakomodasi semua nilai di dalam masyarakat?".

Salah satu bentuk keberagaman di Indonesia, Rumah Tongkonan khas Suku Toraja (Sumber: CNN Indonesia)
Salah satu bentuk keberagaman di Indonesia, Rumah Tongkonan khas Suku Toraja (Sumber: CNN Indonesia)

Cara masyarakat seharusnya menilai penyebab konflik di Sampang berdasarkan kacamata Pancasila pun menjadi sebuah pertanyaan. Benang merah dari Pancasila adalah konsensus tumpang tindih. Menurut John Rawls, masyarakat modern yang plural tidak bisa dipaksakan untuk berpegang pada satu pandangan hidup tunggal. Namun, masyarakat tetap bisa hidup bersama secara damai dengan bersepakat pada prinsip-prinsip dasar keadilan.

Pancasila mungkin memiliki kontradiksi, seperti yang pernah dibahas oleh Rocky Gerung. Namun, kontradiksi justru menjadi pesona Pancasila sebagai ideologi hasil fusi berbagai pandangan dan nilai. Kembali pada kasus di Sampang, Pancasila seharusnya dipertimbangkan oleh kedua belah pihak, Sunni dan Syiah. 

Mengkategorikan sebuah pihak sebagai "sesat" tidaklah salah. Agama misionaris/dakwah memang harus menetapkan batasan-batasan yang jelas. Namun, Sila ke-2 yang berakar dari filsafat humanisme mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam membuat keputusan. Apabila kaum Syiah sudah bersikukuh dengan kepercayaan mereka, umat Sunni seharusnya tidak perlu terlalu memaksakan kaum Syiah untuk berpindah menjadi Sunni. Begitu juga sebaliknya walau tentu upaya dakwah tetap bisa dilanjutkan tanpa unsur intimidasi.

Harapan persatuan berada di tangan anak muda. Bangkitlah wahai intan-intan yang belum diasah!

Perbedaan perspektif merupakan keniscayaan yang muncul dari pengalaman hidup yang beragam. Keberagaman tersebut tidak dapat dihapus tetapi dapat diarahkan menjadi sumber pembelajaran. Ketika perbedaan hanya dipandang sebagai pemisah, potensi konflik akan semakin besar. Namun, ketika diperlakukan sebagai ruang untuk saling memahami, keragaman justru menjadi fondasi yang memperkaya kehidupan bersama.

Canisius College Cup XL bukan sekadar arena kompetisi, melainkan ruang pembentukan karakter. Kegiatan di dalamnya mengajarkan pentingnya kerja sama lintas perbedaan, baik dalam kepanitiaan maupun dalam perlombaan. Nilai yang terbangun dari interaksi tersebut menjadi bekal penting bagi generasi muda untuk menghadapi kehidupan sosial yang lebih kompleks di masa mendatang.

Generasi muda dituntut untuk membangun sikap toleransi aktif. Toleransi bukan sekadar pengakuan akan perbedaan, tetapi keterbukaan dalam mendengar dan menghargai pandangan lain. Dengan prinsip tersebut, keragaman nilai tidak akan menjadi sumber perpecahan, melainkan pilar persatuan. Hanya dengan cara inilah konflik destruktif dapat dihindari, dan harmoni sosial dapat terjaga di tengah masyarakat yang plural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun