Seperti Canisius College Cup yang merangkul banyak cerita, kehidupan manusia menuntut keberanian untuk menjadikan perbedaan sebagai cahaya, bukan api yang membakar.Â
Kolese Kanisius kembali menyelenggarakan Canisius College Cup edisi yang ke-40 (CC Cup XL) pada tahun ini. Ajang tersebut merupakan sebuah wadah pengembangan bakat dan minat pelajar jenjang sekolah menengah se-Jabodetabek. Terdapat banyak sekali mata lomba sehingga CC Cup menjangkau bidang nonolahraga dan olahraga secara merata. Beberapa jenis lomba yang diadakan meliputi perlombaan catur, fotografi, voli, panjat tebing, pencak silat, dll.Â
CC Cup melibatkan ribuan panitia siswa dan guru. Kepanitiaan CC Cup pun sangat beragam karena terdapat lebih dari 30 seksi yang saling melengkapi satu sama lain. Salah satu seksi yang terdapat pada CC Cup adalah Seksi Sekretariat yang bertanggung jawab untuk mengurus segala dokumen demi kelancaran kegiatan, seperti proposal kegiatan dan surat undangan partisipasi. Di sisi lain, terdapat pula Seksi Keamanan yang bertugas untuk memastikan ketertiban area perlombaan.Â
Dengan perlombaan yang beragam, kesan para peserta terhadap kegiatan CC Cup XL tentu berbeda-beda. Seorang peserta lomba debat pada CC Cup tahun ini mungkin merasa kegiatannya baik-baik saja. Namun, peserta lomba mini soccer bisa saja berpendapat yang berkebalikan. Di sisi lain, pengalaman Koordinator Seksi IT dengan Anggota Seksi Advertisement tidak akan sama. Seorang siswa yang bertugas di balik layar, seperti Seksi Kebendaharaan, mungkin merasa tidak ada pertikaian yang terjadi antara panitia dengan peserta di hari-h. Padahal, hal tersebut bisa saja terjadi dan menjadi makanan sehari-hari Anggota Seksi Administrasi yang bertanggung jawab dalam registrasi ulang para peserta.Â
Sejuta cerita membentuk cara manusia memandang cakrawala.
Pengalaman yang diperoleh manusia akan selalu menjadi basis mereka dalam melakukan penilaian. Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga persepsi terhadap satu peristiwa pun bisa beragam. Seorang peserta lomba catur mungkin menilai CC Cup XL sebagai ajang yang menenangkan dan penuh konsentrasi. Sebaliknya, pemain basket bisa mengingatnya sebagai kompetisi yang penuh sorak, teriakan suporter, dan adrenalin tinggi.Â
Secara esensial, penilaian manusia terhadap baik dan buruknya suatu peristiwa atau tindakan juga berkaitan dengan pengalaman mereka. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa seorang pencuri memiliki pertimbangan moral yang berbeda dengan polisi yang menjunjung tinggi keadilan. Perbedaan dalam konteks moralitas sendiri merupakan suatu wujud indah dari keberagaman pemikiran manusia. Namun, keindahan tersebut bisa menjadi sebuah pisau yang bermata dua.
Nilai pegangan yang berbeda memungkinkan terjadinya perseteruan. Salah satu contohnya terjadi di Sampang, Madura pada tahun 2013. Pada waktu itu, kaum Sunni dan Syiah di Madura saling berkonflik satu sama lain. Konflik yang berlangsung sampai menjalar ke ranah kekerasan fisik. Ratusan rumah dibakar dan sekitar dua nyawa melayang akibat Konflik Sunni-Syiah di Sampang.
Penelusuran oleh pihak yang berwajib menemukan bahwa fatwa MUI Jatim, PWNU Jatim, dan ulama bassara yang menyatakan Syiah sebagai aliran sesat sehingga penganut harus dibaiat menjadi Sunni sebagai salah satu penyebab konflik. Temuan tersebut menunjukkan bahwa nilai yang dipegang oleh manusia bisa menjadi pemicu pertikaian. Sebuah pertanyaan penting pun muncul: "Bagaimana manusia bisa hidup damai sejahtera dengan adanya perbedaan nilai?".
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!