Mohon tunggu...
Darrel Rondo
Darrel Rondo Mohon Tunggu... CC'26

saya senang berpikir tentang berpikir dan juga tidur siang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seruan Penuh Harapan di Tengah Kehampaan

17 Agustus 2025   01:07 Diperbarui: 17 Agustus 2025   01:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan jarak antara bumi dengan berbagai objek astronomi yang sering disebut dengan istilah distance ladder. Sumber: Study.com

Untuk apa aku derana?

Jika hidup hanyalah hampa

Bentangan debu di alam semesta

Cerminan kabur kisah manusia

TAMPARAN YANG KERAS

Bumi tempat kita tinggal hanyalah titik samar yang mengorbit Matahari. Di sisi lain, Matahari bukanlah pusat megah dari jagat raya itu sendiri. Ia hanyalah satu bintang biasa di antara ratusan miliar bintang dalam Galaksi Bima Sakti. Galaksi kita sendiri merupakan satu dari triliunan galaksi yang bertebaran di ruang kosmos. Besar diameter Bima Sakti mencapai 100.000 tahun cahaya, sementara Andromeda, galaksi tetangga terdekat kita, berjarak 2,5 juta tahun cahaya. Dalam bingkai kosmologis, alam semesta berusia 13,8 miliar tahun. Sejarah manusia modern, jika dipadatkan dalam kalender kosmik setahun, hanyalah percikan detik menjelang pergantian tahun baru. 

Muncullah getir di dalam jiwa akibat sepelenya kehidupan manusia dibandingkan dengan luasnya semesta. Bagaimana mungkin segala jerih payah, cita-cita, dan perjuangan manusia tampak bermakna, bila kosmos tidak menoleh pada kita? Di tengah bintang-bintang yang dingin dan abadi, kisah manusia hanyalah guratan tipis di pasir yang sebentar lagi terhapus angin. Tidak ada heroisme yang benar-benar mampu menandingi bisu dan luasnya semesta. 

Aku dan kamu, seberkas pasir di antara gurun kosmik yang tiada tuan dan tiada arah. Lantas, mengapa aku masih peduli terhadap segala sesuatu di dalam hidupku yang sangat mungil ini?

AKU MEMBERONTAK MAKA AKU ADA

Namun, di sinilah letak paradoksnya. Walau hidup ini tak terbandingkan dengan keagungan kosmos, kita tetap dipanggil untuk menjalaninya. Manusia adalah peziarah di atas sebutir debu biru yang rapuh. Jangan sekali-kali terpikirkan untuk menutup hidup dengan keputusasaan sebab kita justru dipanggil untuk menghargai detik-detik fana ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun