Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamu Bisa Terapkan "Joy of Missing Out" untuk Menghilangkan Ketergantungan akan Media Sosial

16 Maret 2021   10:52 Diperbarui: 16 Maret 2021   11:57 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih sekarang ini yang tidak menggunakan media sosial?

Zaman memang mengharuskan kita memiliki media sosial ini. Entah hanya untuk sekadar penghibur, alat komunikasi, atau kepentingan pekerjaan, semua orang pasti membutuhkannya.

Kemajuan bersosial media memang sangat pesat, banyak orang diuntungkan disini jika bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Namun, semakin kesini ternyata media sosial tidak berdampak positif sepenuhnya.

Awalnya media sosial adalah alat untuk berkomunikasi dan bersosialisasi virtual agar dapat menghubungkan semua orang dalam jarak dan waktu yang tak terbatas. Seiring perkembangannya, media sosial menjadi platform untuk melihat tren, melihat aktivitas orang lain, dan tentunya membagikan aktivitas kita.

Media sosial ini memang penting untuk kita agar saling terhubung, apalagi kita masih ada di masa pandemi. Tentunya media sosial adalah solusi keterbatasan kita saat ini. Namun, sepertinya beberapa orang yang terlalu fokus bermedia sosial ini menjadi punya rasa keterikatan tertentu dengan media sosial.

Yang awalnya ingin menghibur diri lewat media sosial, malah menyebabkan obsesi terhadap sesuatu yang dilihat. Ketidaktercapaian akan obsesi yang dimiliki inilah membuat kita tidak bisa lepas dari sosial media. Ketergantungan ini lama-lama akan menyiksa diri kita. Keharusan seperti orang lain, ketidakpercayaan dengan diri kita, ingin selalu mengikuti tren, dan tidak bisa menolak ajakan orang lain adalah dampak dari ketergantungan media sosial ini.

Nah, dari sinilah timbul sebuah fenomena bernama FoMO (Fear of Missing Out) yaitu ketakutan akan kehilangan sebuah momen, ketakutan tidak bisa mengkuti tren, dan takut untuk menolak sebuah kegiatan yang melibatkan orang banyak.

Mungkin dari kalian sudah mengalami ini? Maka segera beralihlah!

Fenomena FoMO juga telah melahirkan penangkalnya, yaitu JoMO (Joy of Missing Out) yang merupakan kebalikan dari FoMO. Jika FoMO menyukai kegiatan sosial banyak orang dan tidak pernak menolak ajakan untuk berkumpul apapun dan siapapun itu orangnya, lain halnya pada JoMO. JoMO akan bisa memilih mana yang menjadi prioritasnya, kebutuhannya, dan kemampuannya.

Joy of Missing Out inilah yang bisa kita terapkan untuk perlahan menghilangkan rasa ketergantungan terhadap sosial media. Bukan berarti berhenti untuk bermedia sosial ya. Namun, dengan JoMO kita diarahkan untuk lebih bisa mengatur cara bermedia sosial kita.

Lalu apa saja yang bisa diterapkan untuk mencapai Joy of Missing Out ini?

Cara ini bisa kita lakukan untuk memulainya:

Mulai tetapkan prioritas 

Sering kali kita memang tidak punya tujuan untuk bermedia sosial. Awalnya hanya ingin membalas pesan malah akan berlanjut eksplore semua media sosial yang tidak ada habisnya. Tetapkan tujuan dan sudahi jika sudah tercapai akan membuat kita bisa menghargai diri kita sendiri.

Berhenti mengikuti akun yang membuat resah

Ini dia yang akan menjadi sumber obsesi hidup kita. Melihat satu akun yang menarik, kemudian kita akan mengikutinya dan melihat aktivitas kesehariannya. Nah, rasa keinginan untuk bisa seperti orang yang kita lihat itu akan sangat menyiksa. Umumnya orang akan lupa bahwa media sosial tempatnya semua kepalsuan ada, yang terlihat sempurna tak selalu sebenarnya seperti itu. Asumsi akan kehidupan orang yang menyenangkan akan membuat kita membandingkannya dengan diri kita. Jadi, jika ingin hidup lebih tenang, berhentilah mengikuti akun-akun yang akan membuat kita selalu merasa tidak puas akan hidup ini.

Batasi waktu dalam menggunakan handphone

Terlihat sulit ya apalagi sekarang semua serba bisa dilakukan hanya dengan alat satu ini. Ini dia pemikiran yang akan membuat kita selalu ketergantungan dengan handphone. Takut ketinggalan informasi, tren, dan berita terbaru akan membuat kita tak pernah lepas dari media sosial. Sebenarnya jika dipikir kembali dengan menetapkan waktu pemakaian handphone, maka prioritas kita juga bisa tercapai.

Dekatkan diri dengan lingkungan nyata

Terlalu fokus berkutat pada layar biru membuat kita melupakan kehidupan sekeliling kita. Sebenarnya banyak hal yang lebih menarik dari gadget jika kita mau berbaur dengan lingkungan nyata kita. Dengan melakukan hal ini, kita akan lebih menghargai orang lain, menimbulkan sisi positif, dan melepaskan keterikatan pengaruh media sosial.

Membangun hubungan dengan orang lain

Bercerita, bertukar pikiran, bercanda tawa, saling berkeluh kesah dengan keluarga, teman, atau pun sahabat adalah cara yang tepat untuk mengatasi kegelisahan kita. Bukan malah mencari seseorang yang tidak kita kenali di media sosial atau pun berkoar-koar tentang masalah kita disana. Dengan berhubungan dengan orang-orang disekitar kita, kita tidak akan punya waktu untuk membuka media sosial dan itu akan bagus untuk mengurangi obsesi kita terhadap tren-tren disana.

Bersyukur

Rasa cukup akan suatu hal memang sangat sulit untuk dilakukan. Ketika kita melihat orang lain memakai barang bagus, kita juga menginginkannya. Ketika orang lain pergi ke suatu tempat, kita juga ingin kesana. Ketika orang lain terlihat senang dan bahagia, kita akan membandingkannya dengan hidup kita yang menurut kita menyedihkan. Rasa ini menimbulkan kecemburuan sosial dan rasa obsesi jika kita tak bisa mengontrolnya. Oleh karena itu, pentingnya mensyukuri apa yang kita miliki sekarang ini adalah cara agar kita menjadi lebih tenang dan damai dalam menjalani hidup.

Hidup akan lebih menyenangkan jika kita bisa mengatur semua sesuai porsi dan tujuan. Tidak harus mengikuti tren hanya untuk menerima apresiasi dari orang lain. Tetaplah membuat diri kita merasa nyaman dan aman. Selalu ingin terhubung dengan orang lain adalah ciri khas masyarakat saat ini, tapi bukankah lingkungan kita juga dipenuhi oleh orang lain juga?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun