Mohon tunggu...
Jun Achmad
Jun Achmad Mohon Tunggu... Desainer - Penyadur ngelindur

Nulisnya jarang. Bacanya sering.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riana & Jihadnya.

15 Mei 2018   08:06 Diperbarui: 15 Mei 2018   08:32 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah Riana. Adik kelas ku saat SMA. Malah sudah ku anggap adik sendiri.

Riana adalah seorang guru. Guru TK sekaligus guru SMA. Dia sangat keibuan.

Banyak anak kecil yg sangat suka padanya, baik muridnya sendiri maupun anak yg baru dikenal pada hari itu juga.

Murid di tempat dia mengajar memanggilnya "Ibu Cantik".

Riana seorang pendengar yang baik, juga seorang pencerita yang handal.

Banyak kisah hidup Riana yg diceritakan kepadaku.

Terkadang aku jg sebagai saksi hidupnya langsung.

Kini Riana dalam proses "berbenah". Terus membenahi dirinya.

Menjaga dirinya sebagai seorang muslimah, yang terus belajar dan belajar.

Muslimah yang ramah, santun dan rendah hati.

Cerminan muslimah yang sesungguhnya.

Bagiku pribadi, Riana jg bukan sekedar adik saja, tapi juga seorang guru.

Kita sering berdiskusi tentang agama.

Berbagi tentang ilmu ke-fiqih-an yg terkadang berbeda pandangan.

Dalam diskusi, dia tidak pernah menganggap dirinya paling benar.

Dia terus belajar dan belajar.

Tanpa lelah, tanpa letih.

Dia terus membenah diri.

Tapi, proses membenahi diri Riana semakin berat.

Pagi itu, 3 ledakan terjadi di kota pahlawan.

Satu keluarga tanpa hati merusak rumah ibadah saudara kita.

Teganya, anaknya yang masih dibawah umur pun juga dilibatkan.

Atas nama jihad, katanya.

Atas nama surga, katanya.

Tapi entah surga yang mana.

Yang pasti, neraka sudah menunggu mereka.

Mereka yang membunuh manusia yang tak berdosa.

Riana semakin tersorot.

Riana dipandang curiga.

Riana disamakan dengan para penjihad palsu.

Itu bukan Riana!

Sama sekali bukan!

Riana berjihad di jalan-Nya yang benar.

Riana berjihad dengan penuh kasih sayang.

Jihadnya memberikan ilmu kepada anak-anak.

Dengan cinta. Dengan kasih sayang.

Dan itu dilakukan dengan dasar cinta kepada-Nya.

Riana terus membuktikan, kalau kita tidak seperti yg dipikirkan orang-orang.

Berat jalan yg dihadapi Riana, tapi tidak mungkin dia menyerah.

Tidak ada yang salah dengan Jilbab Riana.

Tidak ada yang salah dengan niqab Riana.

Yang salah adalah mereka yang membunuh orang tak berdosa.

Merasa benar, padahal jelas salah.

Aku terlahir dikeluarga yg ta'at.

Walau aku sendiri belum ta'at.

Belum, bukan tidak.

Aku ingin seperti Riana.

Bermanfaat bagi orang banyak.

riana-5afa36f0bde5754cd92a4162.jpg
riana-5afa36f0bde5754cd92a4162.jpg
Utara Jakarta hari itu terlihat sepi.

Riana terpaku di bawah kolong jembatan.

Tempat biasa Riana dan anak-anaknya belajar.

Menit silih berganti, satu-persatu dari mereka muncul.

Riana bahagia.

Lalu Riana memulai kegiatannya seperti biasa.

Riana selalu bersyukur dengan segala nikmat yg diberikan oleh-Nya.

Riana selalu bahagia melihat senyum simpul anak-anaknya.

Dan masih banyak lagi Riana-Riana yang lain di negeri tercinta ini.

Selalu semangat, para Riana.

:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun